TEMPO.CO, Jakarta - Roket prototipe nirawak SpaceX Starship SN11 gagal mendarat dengan selamat setelah peluncuran uji coba dari Boca Chica, Texas. Para insinyur sedang menyelidiki kegagalan yang terjadi pada Selasa, 30 Maret 2021.
Baca:
Redmi Note 10 dan Note 10 Pro Resmi di Indonesia, Harga Mulai Rp 2,399 Juta
Baca Juga:
Menurut Insinyur SpaceX John Insprucker, pihaknya sepertinya telah kehilangan semua data dari roket itu. “Kita harus mencari tahu dari tim apa yang terjadi,” ujar dia seperti dikutip Reuters, Selasa.
Puing-puing dari pesawat ruang angkasa itu ditemukan berserakan lima mil (8 km) dari lokasi pendaratannya.
Starship itu adalah salah satu dari serangkaian prototipe untuk roket yang dikembangkan oleh perusahaan luar angkasa swasta milik Elon Musk itu. Roket itu ditujukan untuk membawa manusia dan 100 ton kargo untuk misi masa depan ke Bulan dan Mars.
Roket Starship itu berdiri setinggi 394 kaki (120 meter) dengan pendorong tahap pertama yang sangat berat dan merupakan kendaraan peluncuran generasi terbaru SpaceX yang dapat digunakan kembali.
Penerbangan orbital Starship pertama direncanakan untuk akhir tahun. Musk, yang juga mengepalai produsen mobil listrik Tesla, mengatakan dia berniat menerbangkan miliarder Jepang Yusaku Maezawa keliling Bulan di Starship pada 2023.
Starship SN8 dan SN9 sebelumnya meledak saat mendarat selama uji coba mereka. SN10 mencapai pendaratan tegak awal bulan ini, tapi kemudian terbakar sekitar delapan menit setelah pendaratan.
Dalam akun resmi Musk, dia menjelaskan kegagalan pendaratan SpaceX Starship SN11. Menurutnya, dua mesinnya mengalami masalah saat terbang dan tidak mencapai tekanan ruang operasi selama pembakaran pendaratan. “Sesuatu yang signifikan terjadi tak lama setelah pembakaran pendaratan dimulai,” tutur Musk.