TEMPO.CO, Jakarta - Banjir dan banjir bandang melanda sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) sepanjang Minggu 4 April 2021. Bencana menjelma dari hujan lebat yang datang bersama angin kencang yang telah terjadi sejak Jumat 2 April 2021. Cuaca ekstrem itu berlanjut pada Sabtu dinihari yang bertahan hingga Minggu dinihari.
Kronologis ini diungkap Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan, Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Memadukan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG dengan data satelit serta pemodelan iklim yang dimilikinya, tim tersebut mengurai kronologis penyebab bencana tersebut di akun media sosial Instagram, Senin 5 April 2021.
Baca juga:
Gerak Siklon Tropis Seroja, BMKG: Potensi Hujan Sangat Lebat Bukan Cuma di NTT
Di sana disebutkan bahwa pada Sabtu, 3 April, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini tentang pembentukan bibit Siklon Tropis 99S yang selanjutnya dinamakan Siklon Tropis Seroja. Hal ini ditunjukkan melalui pembentukan awan konvektif skala meso yang terjadi secara cepat (Pukul 20.00-24.00 WIB) dan meluas sesuai dengan pergerakan siklonik angin yang sangat kuat di sekitar wilayah NTT.
Bibit Siklon Tropis Seroja telah terbentuk sejak Jumat, 2 April, dan mempengaruhi cuaca ekstrem di sekitar NTT berupa hujan persisten selama hampir 24 jam disertai angin kencang. Ini berdasarkan prediksi Sistem Peringatan Dini Bencana Berbasis Satelit (DSS SADEWA) LAPAN.
"Hujan persisten dan angin kencang kembali terjadi pada Jumat dinihari hingga Sabtu dinihari, 3-4 April, yang kemungkinan merupakan pemicu kejadian banjir bandang yang terjadi pada 00.30 WIB tersebut," tulis tim LAPAN.
Siklon Tropis Seroja disebutkan bukan satu-satunya di balik bencana yang telah menewaskan puluhan orang, dan puluhan lainnya masih hilang itu. Data LAPAN menyebutkan, hujan dan angin kencang diperkuat oleh aktivitas gelombang ekuator Rossby yang tertahan di bagian timur Indonesia melalui pembentukan formasi tapal kuda (Gill pattern).
Formasi itu membuat peningkatan uap air dan kelembapan terperangkap di bagian timur Indonesia. Selain itu, dukungan aktivitas gelombang MJO fase 5 yaitu di Indonesia bagian timur juga turut menambah suplai kelembapan yang terkonsentrasi wilayah tersebut sehingga menimbulkan cuaca ekstrem.
Baca juga:
Kronologis Puting Beliung Cimenyan Bandung Dilihat dari Data Satelit
Sebagai tambahan atas catatannya mengenai bencana banjir dan banjir bandang di NTT, tim LAPAN meminta masyarakat perlu mewaspadai pembentukan rangkaian siklon tropis yang dipicu oleh peningkatan suhu permukaan laut di dekat ekuator pada April.