TEMPO.CO, Bandung - Ahli petir dari Institut Teknologi Bandung, Reynaldo Zoro, mencatat ada aktivitas petir saat kejadian kebakaran kilang Pertamina di Balongan, Indramayu, Senin dinihari 29 Maret 2021. Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Erma Yulihastin, pun mendapatkan data petir di daerah Balongan. Keduanya menyajikan berbeda dari data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan sebaliknya.
Menurut Reynaldo, dia datang ke Balongan hari ini salah satunya untuk memastikan soal ada tidaknya petir saat kejadian kebakaran bermula. Tujuannya untuk memiliki argumentasi ilmiah soal penyebab kebakaran apakah akibat sambaran petir atau bukan. “Saya datang karena butuh untuk kelimuan. Saya di luar tim investigasi penyebab kebakaran,” katanya saat dihubungi Senin, 5 April 2021.
Baca juga:
Data BMKG Tepis Dugaan Petir Penyebab Kebakaran Kilang Pertamina Balongan
Sebelumnya BMKG menyatakan berdasarkan data peralatan detektor petir (Lightning Detector) di Bandung dan Bogor tidak mencatat adanya sambaran petir di daerah Balongan, Kabupaten Indramayu, Senin dinihari, 29 Maret 2021. Data pantauannya dari pukul 00.00-05.00 WIB.
Menurut Reynaldo, alat pendeteksi petir BMKG tidak cocok untuk membahas petir secara rinci. Guru besar di kelompok keahlian Teknik Ketenagalistrikan itu mengatakan sensor-sensor pendeteksi petir BMKG yang dipasang tidak saling berhubungan. Dia menyebut absennya alat locational accuracy, "Dan tidak punya detection efficiency karena deteksinya hanya dari satu sensor."
Untuk mengetahui sebuah petir, menurut Reynaldo, perlu sedikitnya tiga sensor yang saling berhubungan dengan jarak radius ratusan kilometer. Dari keterangan beberapa orang seperti operator di kilang Balongan, Reynaldo mengaku juga telah mendapat konfirmasi adanya petir pada waktu kejadian kebakaran. “Kalau dia bilang ada ya argumentasinya BMKG sudah salah,” kata Reynaldo.
Peneliti di Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer LAPAN Erma Yulihastin juga mengatakan, di sekitar Balongan pada 29 Maret 2021 dinihari terjadi aktivitas petir. Temuan itu berdasarkan pemantauan lewat data petir langsung (real time) secara global dari satelit. “Petir terjadi pada pukul 18.15 UTC atau 01.15 WIB,” katanya, Senin 5 April 2021.
Menurut Erma, pukul 01.15 WIB itu merupakan waktu terdekat kejadian petir dengan kebakaran kilang Pertamina Balongan. “Kami tidak tahu persis di lokasinya,” ujar dia.
Namun Erma memastikan petir yang terdeteksi melalui data petir global itu menandakan ada aktivitas di sekitar lokasi kilang Pertamina Balongan dengan durasi 60-80 menit. “Jadi itu waktunya cukup lama, yang menunjukkan petirnya merupakan rangkaian bukan tunggal,” kata perempuan yang juga meneliti penyebab banjir-banjir besar di Jakarta itu.