TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Iman Sinulingga, memaparkan finalisasi pengujian atau validasi teknologi Step Temperature Acid Leach (STAL) yang terbukti mampu meningkatkan recovery nikel (Ni) dan kobalt (Co) hingga mencapai 94 persen Ni dan 95 persen Co.
Baca:
Gunung Api Purba di Tulungagung, Foto Satelit Temukan Jejak Kawahnya
“Kami menyambut baik hasil pengujian validasi teknologi yang sudah dilakukan tim PSDMBP, tim ITB Prof. Zaki Mubarok, dan tim PT Trinitan Metals & Minerals Tbk., dengan hasil recovery nikel dan kobalt yang bisa mencapai 94 persen nikel dan 95 persen kobalt. Merupakan hasil yang membanggakan, sehingga teknologi STAL ini dapat dikatakan sudah teruji,” ujar Iman Sinulingga di Bogor, Selasa, 6 April 2021.
Teknologi STAL merupakan teknologi pengolahan mineral secara hidrometalurgi yang dikembangkan oleh TMM dan dimiliki oleh PT Hydrotech Metal Indonesia (HMI). Teknologi karya anak bangsa ini disebut mampu mengkonversi bijih nikel laterit berkadar rendah menjadi Pregnant Leach Solution (PLS) dalam waktu 4 jam, serta dapat diolah ke produk lanjutannya seperti Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Menurut Iman Sinulingga, pengembangan teknologi STAL yang mampu mengolah bijih nikel laterit berkadar rendah merupakan terobosan teknologi yang sangat strategis. Dia menegaskan bahwa pihaknya sangat mendukung agar penerapan teknologi STAL dapat segera diwujudkan dalam skala industri, sehingga bahan baku nikel berkadar rendah dapat termanfaatkan.
“Kami juga mengetahui bahwa tim ahli TMM telah melakukan kajian komersialisasi, di mana teknologi STAL pada skala industri sudah dinilai layak secara ekonomi. Sehingga kami berharap agar TMM dapat segera mewujudkan suatu industri baterai listrik dengan memanfaatkan Ni-Co laterit berkadar rendah,” kata Iman.
Pada kesempatan yang sama, ahli hidrometalurgi dari ITB, Prof. Zaki Mubarok, mengatakan bahwa teknologi STAL terbukti mampu mengolah bijih nikel kadar rendah secara efektif. Secara teknis, kata dia, teknologi STAL sudah bisa mengekstraksi nikel dengan recovery yang baik, kemudian konsumsi asam juga bisa diturunkan dibandingkan dengan direct leaching.
“Untuk nikel bervariasi pada rentang 87-94 persen, sementara untuk kobalt pada rentang 90-95 persen, tergantung pada variabel prosesnya. Menurut saya itu sudah positif ya. Jadi, teknologi STAL justru lebih cocok untuk bijih nikel laterit yang kadar rendah,” tutur Prof. Zaki.
Sementara itu, Direktur Utama TMM Petrus Tjandra mengapresiasi dukungan yang diberikan oleh Kepala dan Tim PSDMBP Badan Geologi Kementerian ESDM maupun Prof. Zaki Mubarok dan tim Kelompok Keahlian Teknik Metalurgi ITB Bandung atas dukungan dan pendampingan yang diberikan dalam melakukan pengujian terhadap teknologi hidrometalurgi STAL.
“Kami berharap agar teknologi STAL yang kami kembangkan ini dapat berkontribusi secara penuh dalam mendukung cita-cita hilirisasi nikel di Indonesia,” pungkas Petrus Tjandra.