Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Letusan Gunung Tambora 206 Tahun Lalu, Buat Napoleon Bonaparte Kalah di Waterloo

Reporter

image-gnews
Suasana puncak gunung Tambora difoto dari pesawat, Bima, Nusa Tenggara Barat, 9 Maret 2015. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Suasana puncak gunung Tambora difoto dari pesawat, Bima, Nusa Tenggara Barat, 9 Maret 2015. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) meletus 10 April, 206 tahun lalu. Erupsi dahsyat itu memuntahkan volume 150 kilometer kubik dan debu hingga 1.300 km dari sumbernya.

Gunung Tambora ini dikenal sebagai gunung berapi tidur, hal ini dikarenakan sudah berabad-abad memunculkan tanda-tanda akan meletus pada April 1815. Thomas Stanford Raffles, yang ketika itu memerintah Hindia-Belanda mencatatkan dalam memoarnya, letusan Gunung Tambora sudah terdengar sejak 5 April dan ledakan itu terdengar dalam interval 15 menit sekali setiap harinya.

Erupsi terdahsayat terjadi pada sekitar pukul 07.00, 10 April, ketika gunung memuntahkan seluruh isinya. Gunung ini memuntahkan magma, abu yang memancar, dan batuan cair yang menembakkan ke segala arahnya. Letusan tersebut terjadi dalam kurun waktu 1 jam dan berselimut awan gelap disekitar gunung tersebut.

Untuk pengukuran skala besarnya kekuatan erupsi gunung berapi, Tambora menempati Volcanic Explosivity Index atau VEI 7 atau tertinggi kedua dari VEI 8. Lebih lanjut, ledakan itu membuat gunung ini yang semulanya memiliki ketinggian 4.300 mdpl menjadi 2.772 mdpl.

Gillen D’Arcy Wood, seorang ilmuwan dan budayawan Amerika serikat dalam bukunya Tambora: The Eruption That Change The World, menuliskan banyak dampak yang diberikan Gunung Tambora pada dunia.

Adapun dampak yang cukup signifikan adalah perubahan iklim dalam kurun waktu tiga tahun yang membuat dunia semakin dingin dan pola perubahan cuaca yang tidak menentu. Tidak hanya itu, dampak erupsi ini juga mengakibatkan gagal panen dan kelaparan di wilayah Asia, Amerika, hingga Eropa.

Dalam letusan ini memakan 71.000 korban jiwa , adapula yang mengatakan 91.000 korban jiwa. Korban jiwa yang tewas ketika gunung itu meletus sebanyak 10.000 jiwa dan sisanya tewas akibat kelaparan yang mengguncang dunia dan menderita penyakit.

Baca: Peringati Letusan Gunung Tambora Pendaki Akan Bentangkan Bendera

Selain itu, ledakan ini juga menjadi penyebab kekalahan Napoleon Bonaparte dalam peperangan yang saat itu mewakili kekaisaran Prancis melawan lima koalisi kekaisaran yang ada di Eropa. Pertempuran tersebut terjadi di Waterloo.

Kekalahan ini diakibatkan cuaca ekstrem yang cukup parah. Menukil Tulisan John Lewis dalam “The Weather of the Waterloo Campaign 16 to 18 June 1815: Did it Change The Course of History?” pasukan tertua yang ikut dalam pertempuran tersebut mengatakan tidak pernah terjadi keadaan seperti ini sebelumnya.

Efek cuaca ekstrem di Etropa dari ltusan Gunung Tambora ini mengakhiri kiprah Napoleon Bonaparte, hal ini dikarenakan pasukannya tertangkap dan terjebak. Napolen akhirnya ditangkap oleh tentara Inggris dan diasingkan ke Saint Helena hingga akhir hayatnya pada 1821.

GERIN RIO PRANATA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Isu Munculnya Selat Muria Mengemuka, BRIN: Perlu Riset Cuaca Ekstrem dan Penurunan Tanah

12 jam lalu

Peta satelit wilayah sebaran banjir di pantai utara Jawa Tengah pada Maret 2024 dari Google Earth Engine yang dihubungkan dengan muncul kembalinya Selat Muria. Istimewa
Isu Munculnya Selat Muria Mengemuka, BRIN: Perlu Riset Cuaca Ekstrem dan Penurunan Tanah

Selat Muria merupakan selat yang pernah ada, yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Muria.


Basarnas Temukan 4 Korban Tewas Imbas Banjir dan Longsor di Bandung Barat

1 hari lalu

 Anggota SAR dan relawan mengevakuasi warga yang mengungsi menggunakan perahu karet melewati Jalan Raya Dayeuhkolot saat banjir di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 12 Januari 2024. Hujan lebat di wilayah Bandung Raya membuat semua sungai meluap dan merendam ribuan rumah disejumlah kecamatan di Kabupaten Bandung, juga menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor di beberapa wilayah. TEMPO/Prima mulia
Basarnas Temukan 4 Korban Tewas Imbas Banjir dan Longsor di Bandung Barat

Tim gabungan Basarnas masih mencari enam orang korban yang hilang imbas banjir dan longsor. Proses pencariannya akan dilanjutkan pada pagi ini.


Gunung Marapi Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 1,5 Kilometer, Warga Sekitar Berhamburan Keluar Rumah

1 hari lalu

Gunung Marapi yang memendarkan bayangan lava pijar terlihat dari Jorong Batang Silasiah, Nagari Bukik Batabuah, Agam, Sumatera Barat, Jumat 23 Februari 2024 malam. Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Marapi di Bukittinggi mencatat sejak Senin (19/2/2024) hingga Jumat (23/2) sore, aktivitas gunung yang berstatus siaga level III tersebut meningkat dengan 13 kali letusan dan 219 kali hembusan. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Gunung Marapi Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 1,5 Kilometer, Warga Sekitar Berhamburan Keluar Rumah

Erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat pada dinihari tadi membuat warga lokal berhamburan keluar rumah.


BMKG Prakirakan Sebagian Jakarta Berawan Pagi Ini, Hujan Merata Sejak Siang Hingga Malam

1 hari lalu

Tangkapan layar pergerakan dua bibit Siklon Tropis 98S dan 90W yang dirilis BMKG, Jumat 7 April 2023. (ANTARA/HO-BMKG)
BMKG Prakirakan Sebagian Jakarta Berawan Pagi Ini, Hujan Merata Sejak Siang Hingga Malam

Jakarta diperkirakan berawan sejak dinihari hingga Rabu pagi ini. Hujan baru berpeluang turun sejak sore ke malam.


Erupsi Tengah Malam Gunung Marapi, Tinggi Kolom Abu Mencapai 1,5 Kilometer

1 hari lalu

Gunung Marapi kembali mengeluarkan asap saat erupsi di Sumatera Barat, Rabu 7 Februari 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menetapkan status Gunung Marapi pada level III. Foto TEMPO/Fachri Hamzah
Erupsi Tengah Malam Gunung Marapi, Tinggi Kolom Abu Mencapai 1,5 Kilometer

Gunung Merapi meletus pada Rabu dinihari, 27 Maret 2024. Lompatan abu vulkaniknya jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi beberapa bulan terakhir.


Antisipasi Cuaca Ekstrem, PLN Imbau Masyarakat Lakukan Ini

2 hari lalu

Antisipasi Cuaca Ekstrem, PLN Imbau Masyarakat Lakukan Ini

Ada sejumlah tips yang harus dijalankan masyarakat ketika melihat potensi gangguan pada kelistrikan.


BMKG: Sembilan Daerah Berstatus Siaga dan Waspada Cuaca Ekstrem

2 hari lalu

Ilustrasi hujan disertai angin kencang. Shutterstock
BMKG: Sembilan Daerah Berstatus Siaga dan Waspada Cuaca Ekstrem

Provinsi Jawa Barat ditetapkan berstatus siaga dampak cuaca ekstrem yang dapat berujung bencana.


Masalah Kulit saat Berpuasa di Cuaca Ekstrem, Jerawat sampai Bibir Kering

3 hari lalu

Ilustrasi bibir kering dan pecah-pecah. Shutterstock.com
Masalah Kulit saat Berpuasa di Cuaca Ekstrem, Jerawat sampai Bibir Kering

Dokter kulit jerawat hingga bibir kering adalah masalah kulit yang sering terjadi saat berpuasa di tengah cuaca ekstrem.


Perubahan Cuaca Ekstrem Berkaitan dengan Meningkatkan Kasus DBD

4 hari lalu

Ilustrasi vaksin DBD (demam berdarah). Shutterstock
Perubahan Cuaca Ekstrem Berkaitan dengan Meningkatkan Kasus DBD

Praktisi Kesehatan mengatakan perubahan cuaca ekstrem mempengaruhi semakin meningkatnya kasus demam berdarah dengue alias DBD.


Gunung Semeru Erupsi Empat Kali Sabtu, Tinggi Letusan Capai 1,2 Kilometer

4 hari lalu

Gunung Semeru erupsi terpantau dari CCTV pada Sabtu, 23 Maret 2024, pukul 23.00 WIB. (ANTARA/HO-PVMBG)
Gunung Semeru Erupsi Empat Kali Sabtu, Tinggi Letusan Capai 1,2 Kilometer

Erupsi Gunung Semeru menyemburkan abu vulkanik yang teramati berwarna putih hingga kelabu.