TEMPO.CO, Jakarta - LinkedIn menemukan sejumlah data dari pengguna mereka bisa diakses pihak luar dan diperjualbelikan. Platform jejaring profesional buatan Microsoft Corp. tersebut mengungkapnya melalui blog resmi meski tidak menyebutkan berapa banyak penggunanya yang terdampak.
LinkedIn mengatakan menemukannya dari hasil penyelidikan internal dan menyebut data tersebut merupakan agregasi dari sejumlah situs dan perusahaan. "Data itu termasuk profil yang bisa dilihat publik, yang kelihatannya diambil dari LinkedIn," kata LinkedIn.
LinkedIn menegaskan kalau platform tidak menjadi korban peretasan. Data yang beredar dikumpulkan dengan cara scraping atau menghimpun informasi yang ada di profil publik. LinkedIn juga menegaskan tidak ada data dari anggota akun privat dari set data yang mereka tinjau tersebut.
Laman CyberNews juga menuliskan data yang dijual di dark web termasuk nama pengguna LinkedIn, nama lengkap, alamat email, nomor telepon dan jenis kelamin. Ada juga tautan ke profil LinkedIn, tautan ke profil di berbagai media sosial dan jabatan serta informasi yang berkaitan dengan pekerjaan.
Baca juga:
Hacker Dikabarkan Bobol dan Bocorkan Data Rahasia Pertamina
Situs tersebut menuliskan seluruhnya terdapat arsip berisi data dari 500 juta profil LinkedIn dijual di dark web yang menjadi forum peretas tersebut.