TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti Observatorium Bosscha akan mengamati hilal atau bulan baru pertanda datangnya bulan puasa 1 Ramadan. Kepala Observatorium Bosscha Premana Premadi mengatakan, pengamatan akan digelar selama tiga hari, 10-12 April 2021. “Dari mulai pagi sekali sampai matahari terbenam,” katanya di acara webinar tentang hilal, Sabtu 10 April 2021.
Pengamatan hari pertama, Sabtu ini, sejak pagi didukung cuaca yang cerah di langit Lembang, lokasi Observatorium Bosscha. Premana berharap kondisi cuaca terus cerah hingga pemantauan rukyatul hilal. “Semoga terus baik walau ada kemungkinan terhalang awan,” ujar Premana.
Observatorium memakai dua teleskop untuk pengamatan hilal. Ukurannya, kata Premana, yaitu 106 dan 66 milimeter. Setiap teleskop akan tersambung dengan perangkat, utamanya untuk pengolahan citra sesegera mungkin. “Terutama saat matahari terbenam supaya tahu kualitas hilalnya seperti apa,” kata dia.
Observatorium Bosscha akan menyiarkan langsung proses pengamatan hilal itu di laman resminya. Menurut Premana, observatorium hanya akan melakukan pengamatan dan mengirim datanya ke pihak berwenang. “Ada sedikit waktu jeda untuk menyiapkan datanya secara layak,” ujarnya. Ketentuan 1 Ramadan lalu akan ditentukan dalam sidang istbat yang digelar Kementerian Agama.
Peneliti di Observatorium Bosscha, M. Yusuf, mengatakan, pemantauan hilal sekarang ini akan menghadapi tantangan. Dari hasil pengamatan dengan teleskop baru-baru ini, ketebalan bulan sabit yang terlihat sekitar 4 persen dari Bosscha. “Bandingkan dengan waktu bulan purnama yang 100 persen,” katanya.
Baca juga:
Penetapan Awal Ramadan Tahun Ini, LAPAN: Hilal di Atas 3 Derajat
Kemudian untuk mengamati hilal Ramadan, bulan sabit akan semakin tipis. Hitungannya sekitar 0,14 persen dari pengamatan di Lembang. “Dari segi pengamatan akan sangat menantang,” ujarnya. Dia berharap cuaca saat penentuan hilal cerah sehingga bulan yang tipis bisa terlihat.