TEMPO.CO, Jakarta - Tak sekadar taifun, Siklon Tropis Surigae berpotensi menjadi supertaifun atau badai siklon raksasa. Pergerakan angin dari ekor badai tersebut menjangkau wilayah-wilayah seperti Pulau Halmahera dan Sulawesi bagian utara, dan menimbulkan angin kencang sekitar 2-4 meter per detik di atas daratan dan 8-10 meter per detik di laut.
"Badai siklon tropis Surigae yang terbentuk di utara Papua sejak 14 April lalu kini semakin kuat," kata Erma Yulihastin, peneliti di Pusat Sains dan Teknologi Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Jumat 16 April 2021.
Baca juga:
Selain Sulawesi dan Halmahera, wilayah yang dimintanya waspada karena akan mendapat pengaruh secara langsung dari keberadaan Surigae adalah sebagian besar Papua. Dia menunjuk khususnya di wilayah kepala burung atau Papua barat.
Menurut prediksi Erma, Papua selama tiga hari mendatang akan mengalami peningkatan konvergensi dan aktivitas konvektif yang tinggi. "Dapat menimbulkan hujan deras dan angin kencang di Papua bagian utara pada 18-19 April 2021," katanya.
Erma mengungkap itu karena, berdasarkan pantauan Satellite-based Disaster Early Warning System (SADEWA) milik LAPAN, didapatinya bibit badai baru di timur-utara Papua dekat Siklon Tropis Surigae. Bibit badai disebutnya telah bergabung sehingga memperkuat Surigae.
Amatan itu senada dengan prediksi yang dirilis Joint Typhoon Warning Centre Amerika Serikat yang menyebut Surigae berpotensi kuat menjadi badai siklon raksasa atau supertaifun. Skala siklon seperti itu memiliki kekuatan angin tertinggi mencapai 145 knots atau sekitar 260 kilometer per jam (72 meter per detik).
Kekuatan itu diprediksi dicapai Surigae pada 19 April 2021, saat menyentuh kawasan pesisir timur Filipina bagian utara. Jika itu benar terjadi, efeknya untuk wilayah Indonesia adalah mampu membangkitkan hujan-hujan sporadis hingga di sebagian Kalimantan, Sumatera, dan Jawa.
Erma menerangkan, hujan sporadis ditandai dengan hujan intensitas sedang hingga tinggi yang terjadi secara singkat pada sore-malam hari. Hujan sporadis di sebagian Jawa juga terjadi karena aktivitas angin monsun timuran yang seharusnya mulai terbentuk di Jawa mengalami pelemahan karena eksistensi Siklon Tropis Surigae itu.
Terpisah, Herlin Sasabone, Kepala BPBD Kota Sorong, Papua Barat, mengatakan telah dilakukan rapat koordinasi di kota itu untuk membahas langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi risiko apabila terjadi bencana dampak Siklon Tropis Surigae. Sedangkan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Manokwari, juga di Papua Barat, menyatakan telah menunda sementara aktivitas berlayar kapal penumpang dari daerah itu akibat cuaca buruk yang melanda perairan Manokwari beberapa hari terakhir.