TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ari Fahrial Syam menjelaskan bahwa kasus Covid-19 di Indonesia selama tiga pekan ini mengalami peningkatan. Hal tersebut perlu diantisipasi supaya tidak terjadi lonjakan besar kasus baru seperti yang terjadi di India.
“Sekarang di rumah sakit darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran juga saya dengar meningkat 26 persen,” ujar dia kepada Tempo, Senin, 26 April 2021.
Di Indonesia, setiap terjadi lonjakan kasus, selalu didahului masa tenang semu di mana terjadi penurunan kasus stagnan. Indikasi yang sama juga ditunjukkan di banyak negara, seperti India, Filipina, Pakistan, Malaysia, dan Cile.
Menurut Ari yang juga Dekan FKUI itu, India sebenarnya sudah bagus, bisa menekan kasus harian Covid-19 dari di atas 100 ribu menjadi 10 ribuan. Namun, masih banyak hal yang diabaikan pemerintah India sehingga terjadi lonjakan kasus yang signifikan.
Ari menerangkan, intinya adalah penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 itu bisa dicegah, karena penularannya dari droplet—percikan atau cairan pernapasan yang keluar. Caranya dengan menjalankan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, hindari kerumunan.
“Nah hal ini yang diabaikan masyarakat dan pemerintah kurang memperhatikan itu tadi. Di India itu kan karena kerumunan masih ada, acara keagamaan di Sungai Gangga itu, dan kerumunan-kerumunan lainnya,” tutur dokter spesialis penyakit dalam itu.
Ari juga berbicara mengenai kebijakan larangan mudik lebaran yang menurutnya sudah tepat. Alasannya, mudik sudah pasti akan menimbulkan kerumunan dan orang-orang akan berkumpul.
“Peningkatan kasus infeksi Covid-19 di Jakarta itu disinyalir terjadi setelah libur Hari Raya Paskah kemarin, itu kan long weekend,” kata dia.
Pada intinya, dia menegaskan, Covid-19 bisa dihindari dengan patuh protokol kesehatan. Dia mencontohkan mahasiswanya di FKUI ada yang tertular dari keluarganya di rumah, tapi ketika mereka ke kampus dan menerapkan protokol kesehatan, mahasiswa itu tidak akan menularkan ke yang lainnya. “Ini contoh, gampang kok.”
Senada dengan Ari, Guru Besar dari Universitas Airlangga (Unair) Prof Chairul Anwar Nidom juga menjelaskan bahwa peningkatan kasus bisa terjadi karena masalah penerapan protokol kesehatan yang tidak dilakukan. “Ini masalah ketidakdisiplinan masyarakat,” tutur dia saat dihubungi terpisah.
Ditambah lagi, masyarakat terlalu percaya diri karena sudah disuntik vaksin, sehingga menganggap dirinya sudah kebal dari Covid-19. “Padahal, vaksinasi tidak menjamin munculnya antibodi yang protektif. Sehingga tatkala lengah dan tidak menerapkan protokol kesehatan maka akan mudah sekali terinfeksi,” tutur Nidom.