TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Negara Indonesia Angkatan Laut atau TNI AL mengoperasikan empat kapal selam dalam jajaran Satuan Kapal Selam Komando Armada II disingkat Satsakel Koarmada II, atau biasa dikenal juga dengan sebutan Korps Hiu Kencana.
Salah satu dari keempat kapal selam tersebut yaitu KRI Nanggala-402 yang dinyatakan tenggelam setelah melaksanakan latihan penembakan torpedo 95 kilometer utara Pulau Bali. Kapal Selam yang dinakhodai Komandan Heri Oktavian ini ditemukan dalam keadaan terbelah tiga, sebanyak 53 awak kapal dinyatakan gugur dalam tugas pada Minggu, 25 April 2021.
Selain KRI Nanggala-402, ketiga kapal selam lainnya yang tergabung dalam Korps Hiu Kencana yaitu KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, serta KRI Alogoro-405. Satsakel Koarmada II sendiri merupakan komando pelaksana pembinaan di lingkup Koarmada II, yaitu komando yang membawahi wilayah Indonesia tengah. Korps Hiu Kencana didirikan pada 12 September 1959 dengan tujuan sebagai unsur bawah air yang digunakan untuk pertahanan militer atau efek tangkal yang efektif dalam mendukung operasi siaga tempur di bawah Komando Utama Panglima TNI.
Korps Hiu Kencana turut berperan aktif dalam beberapa operasi penting, yakni Operasi Jayawijaya I dan II pada 1 Maret 1962 hingga 23 Oktober 1966. Satsakel Koarmada II menjadi kekuatan laut yang tangguh bagi Indonesia yang berperan penting dalam mengembalikan Irian Barat ke pangkuan NKRI. Tak hanya untuk Indonesia, Korps Hiu Kencana yang punya motto wira ananta rudira atau tabah sampai akhir juga berperan di kancah internasional.
Melalui Operasi Gugus Tugas X pada 1965 hingga 1966, Satsakel Koarmada II membawa dua kapal selam RI dengan Angkatan Laut Pakistan untuk meletakkan dasar-dasar persaudaraan antara kedua negara tersebut. Presiden Pakistan saat itu, Ayub Khan, secara personal menganugerahkan penghargaan yang tinggi Kepada anggota Gugus Tugas X.
Selanjutnya, pada Operasi Halilintar 1979, Korps Hiu Kencana berhasil memberantas upaya penyelundupan bahan baku dari Indonesia ke Malaysia dan Singapura di Selat Malaka, serta berhasil membendung arus pengungsi yang datang dari Vietnam ke Indonesia di Laut Cina Selatan. Indonesia merupakan satu dari beberapa negara yang sejak awal telah mengadopsi kapal selam untuk operasi tempur sekaligus pertahanan berbasis laut.
Sejak 12 September 1959, Angkatan Laut Republik Indonesia atau ALRI, sekarang TNI AL, diperkuat dengan didatangkannya kapal selam Whiskey Class dari Uni Soviet, sekarang Rusia. Jumlah keseluruhan kapal selam milik Korps Hiu Kencana hingga tahun 1962 mencapai selusin, hal tersebut menjadikan NKRI sebagai negara dengan kekuatan angkatan laut terbesar di Asia Tenggara.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: Jokowi Akan Naikkan Pangkat 53 Prajurit yang Gugur di KRI Nanggala-402