TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berupaya mendapatkan senyawa untuk antibiotik baru dari biota laut. Menurut anggota tim peneliti, Anggia Prasetyoputri, ada beberapa kelebihan potensi antibiotik dari hewan laut dibandingkan dengan yang di darat.
“Di laut itu kondisi lingkungannya lebih keras dan tantangannya tinggi, ada tekanan air, ketersediaan makanan juga lebih terbatas,” kata periset dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI itu.
Baca Juga:
Dia mencontohkan spons laut yang hidupnya hanya di satu tempat. Ketika habitatnya bergeser, maka tantangan hidupnya lebih berat. Dia harus bisa melawan predator, berkompetisi dengan makhluk lain, dan menghadapi bakteri lain. “Agar bisa bertahan hidup dia menghasilkan senyawa-senyawa kimia yang berpotensi menjadi antibiotik,” ujarnya yang dihubungi Senin, 26 April 2021.
Anggia menerangkan, riset dilakukan sejak awal 2020. Sejauh ini prosesnya masih menyaring beberapa kandidat biota laut yang telah dikoleksi LIPI apakah menghasilkan antibiotik. "Masih screening apakah senyawa kimianya bisa menghambat bakteri patogen, sekaligus mengidentifikasi bakteri mana saja yang telah resisten terhadap antibiotik,” katanya.
Menurut doktor lulusan Institute of Molecular Bioscience, University of Queensland, Australia, itu, antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi bakteri. Asal muasalnya dulu secara tidak sengaja ditemukan oleh Alexander Fleming yang menemukan penisilin dalam cawan petri percobaannya.
Baca Juga:
Sekarang antibiotik cukup bervariasi dan dibedakan berdasarkan cara kerjanya atau targetnya. Namun beberapa dekade belakangan tidak ada antibiotik baru yang ditemukan.
Antibiotik yang ada sekarang, Anggia menjelaskan, dibuat berdasarkan struktur antibiotik yang sudah ada. “Sehingga kemungkinan resistensi berkembang masih ada,” ujar Anggia.
Dari beberapa riset LIPI sebelumnya, beberapa biota laut juga berpotensi menghasilnya senyawa kimia untuk antikanker. Namun begitu, tim peneliti memerlukan waktu yang lama untuk memastikan senyawa biota laut dapat berguna untuk dunia kedokteran. Selain biaya penelitian yang mahal, risetnya bisa belasan tahun hingga lebih.
Proses yang bisa dipercepat seperti menyaring senyawa kandidat untuk antibiotik dengan metode algoritma. Ribuan senyawa bisa disaring tanpa harus menjajalnya satu per satu langsung di laboratorium. Tapi untuk uji aktivitas, toksisitas dan pra klinis, tetap memakan waktu panjang.
“Senyawa antibiotik harus dipastikan aman untuk manusia, itu butuh banyak sekali pengujian agar efektif dan aman,” kata Anggia.