TEMPO.CO, Jakarta - Obat oral eksperimental Pfizer yang dirancang untuk menghentikan virus corona baru Covid-19 dikabarkan sedang menjalani uji klinis. Pil itu dibuat untuk mencegah virus menyebar di dalam tubuh dengan memblokir enzim yang perlu disalin oleh virus corona itu sendiri.
Uji klinis yang sedang dilakukan dibagi menjadi tiga fase, berlangsung selama 145 hari, yang berarti akan selesai pada pertengahan Juli. “Fase pertama selesai pada Mei dan, jika uji coba yang lebih besar berjalan lancar, obat itu bisa didistribusikan ke rumah sakit dan dokter pada Oktober 2021,” tulis laporan Daily Mail, Senin, 26 April 2021.
Obat yang dikenal sebagai protease inhibitor dijuluki PF-07321332. Obat itu nantinya akan diresepkan untuk pasien Covid-19.
Mengembangkan obat untuk penyakit pernapasan itu sulit, sebagian karena dosisnya harus cukup tinggi agar obat tersebut dapat menjangkau jauh ke dalam paru-paru, namun tidak terlalu tinggi yang mengakibatkan toksik.
Penelitian tentang pengobatan Covid-19 juga terhambat karena awalnya pemerintah Amerika Serikat memprioritaskan vaksin. Baru pada akhir April 2020 pengobatan Covid-19 pertama menunjukkan manfaat dalam penelitian besar yang disponsori pemerintah.
Obat itu, remdesivir, dijual sebagai Veklury oleh Gilead Sciences dan tetap menjadi satu-satunya yang disetujui untuk Covid-19 di Amerika. Meskipun beberapa lainnya diizinkan untuk penggunaan darurat (bentuk persetujuan sementara dengan dosis yang lebih rendah untuk keamanan dan kemanjuran).
Mengutip Clinical Trials, uji klinis pil Covid-19 sedang dijalankan di dua lokasi Pfizer, satu di New Haven, Connecticut, dan yang lainnya di Brussel, Belgia. Sebanyak 60 peserta terdaftar antara usia 18-60 tahun dengan beberapa peserta akan diberikan satu dari empat dosis obat dan plasebo lainnya.
Situs web yang dikelola oleh Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika menyatakan bahwa studi tersebut diperkirakan akan selesai pada 25 Mei. Jika hasil menunjukkan pengobatan aman dan efektif, perusahaan akan melanjutkan ke fase kedua dan merekrut kelompok peserta yang lebih besar.
"Jika mereka telah pindah ke tahap ini, mereka akan tetap optimistis," kata Penny Ward, profesor tamu di bidang kedokteran farmasi di King's College London, kepada The Telegraph.
Di Amerika, National Institutes of Health (NIH) meluncurkan Accelerating Covid-19 Therapeutic Interventions and Vaccines (ACTIV) pada 17 April. Program ini difokuskan pada pengembangan terapi melawan virus corona, variannya, dan virus lain yang berpotensi menimbulkan pandemi.
Meskipun Pfizer terdaftar sebagai salah satu perusahaan anggota ACTIV, tidak jelas apakah PF-07321332 adalah salah satu obat yang sedang dipelajari atau apakah NIH membantu mendanai uji coba tersebut.
Baik NIH maupun Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika tidak segera membalas komentar Daily Mail. Seorang juru bicara Pfizer juga menolak menjawab pertanyaan tentang apakah ada lembaga pemerintah yang mendanai uji klinis itu dan apakah Amerika telah memesan obat tersebut.
DAILY MAIL | THE TELEGRAPH
Baca:
Mutasi Virus Baru di Balik Melonjaknya Kasus Covid-19 India