TEMPO.CO, Jakarta - India kemungkinan akan menghadapi kekurangan vaksin Covid-19 secara ekstrem jika semua orang dewasa diharuskan menjalani vaksinasi mulai 1 Mei. Negara itu telah memperluas jaringan vaksinasi dari mereka yang berusia 45 tahun atau lebih saat ini, ke semua orang dewasa. Hal itu meningkatkan jumlah penerima manfaat yang memenuhi syarat dari sekitar 350 juta menjadi 900 juta.
“Mengerikan, di mana dosis yang dibutuhkan India pada skala ini?” ujar seorang eksekutif industri vaksin papan atas di India yang tidak ingin disebutkan namanya, seperti dikutip Telegraph India, Rabu, 28 April 2021
Menurut pejabat kesehatan setempat, India saat ini memiliki akses ke sekitar 70 juta dosis per bulan dari Serum Institute of India's Covishield dan sekitar 20 juta dosis per bulan dari Bharat Biotech Covaxin. "Akan ada sedikit kegilaan untuk beberapa waktu, kemudian semuanya akan beres," tutur eksekutif industri itu.
Menurut profesor dan direktur pendiri Duke Global Health Institute, Amerika Serikat, Krishna Udayakumar, fase vaksinasi mulai 1 Mei akan meningkatkan permintaan secara signifikan tanpa jalur yang jelas untuk meningkatkan pasokan.
Udayakumar menerangkan, India telah mengundang pembuat vaksin seperti Pfizer dan Moderna untuk mengenalkan vaksin mereka di India. “Hal ini menimbulkan harapan bahwa pabrikan internasional tersebut akan mempercepat pengiriman ke India, meskipun kami belum melihatnya,” kata Udayakumar.
Selain itu, masuknya vaksin Sputnik V dari Rusia—vaksin ketiga yang telah disetujui India—dan antisipasi pelepasan stok vaksin AstraZeneca oleh Amerika untuk digunakan di negara lain dapat mengatasi kekurangan. Namun, para ahli tidak mengetahui jadwal dan dosis yang tersedia di India.
Kebijakan vaksinasi tersebut juga berbeda dengan apa yang disampaikan Menteri Kesehatan Harsh Vardhan pada 7 April 2021 lalu. “Selama pasokan vaksin terbatas, tidak ada pilihan selain memprioritaskannya,” kata Vardhan yang menggambarkan tuntutan menyedihkan oleh beberapa negara bagian untuk menawarkan vaksin kepada orang-orang yang berusia 18 tahun atau lebih.
Pakar kebijakan kesehatan memandang perubahan pendirian pemerintah pusat per 19 April lalu itu sebagai langkah tanggung jawab vaksinasi semua orang dewasa. Tapi, pemerintahnya tak memperhatikan jumlah dosis yang diperlukan untuk memfasilitasi proses tersebut.
"Ini tampaknya merupakan langkah politik," kata seorang eksekutif di industri menanggapi perubahan kebijakan itu, sambil menambahkan, "Tuntutan kemungkinan besar berasal dari pemahaman yang buruk tentang realitas."
Kementerian Kesehatan India pada Selasa, 27 April 2021, menjelaskan, telah mendistribusikan lebih dari 156 juta dosis vaksin kepada negara bagian. Kementerian juga merilis tabel yang menunjukkan setiap negara bagian dengan beberapa dosis yang tidak terpakai. Delapan juta dosis tambahan lasu disebut akan mencapai negara bagian dalam tiga hari.
Namun di beberapa negara bagian—termasuk Maharashtra dan Bengal—calon penerima vaksin, beberapa orang masih mencari dosis pertama, dan beberapa mencari dosis kedua, telah ditolak oleh pusat vaksinasi karena kekurangan. Padahal sebelumnya Kementerian Kesehatan India mengataka Maharashtra memiliki lebih dari 923 ribu dosis yang tidak digunakan, sementara Bengal masih ada 397 ribu dosis.
Seorang ahli kesehatan di Delhi mengatakan stok vaksin yang tidak terpakai di suatu negara bagian tidak berarti setiap pusat vaksinasi memiliki cukup untuk memvaksinasi semua orang. Para ahli memperkirakan kekurangan akan meningkat dalam beberapa minggu mendatang.
Petugas menggunakan pakaian pelindung hazmat membawa jenazah korban Covid-19 yang akan dikremasi pada kremasi massal di New Delhi, India, 26 April 2021. REUTERS/Adnan Abidi
Di bawah kebijakan baru, Pemerintah India akan menyediakan 50 persen kebutuhn dosis negara bagian. Sementara rumah sakit negara bagian dan swasta akan bebas untuk mendapatkan 50 persen dosis sendiri dari produsen.
Baik Serum Institute of India's Covishield dan Bharat Biotech Covaxin telah mengindikasikan bahwa pada minggu-minggu awal mereka hanya akan memiliki stok terbatas untuk didistribusikan ke rumah sakit swasta. Dengan masing-masing dihargai 600 Rupee (Rp 117 ribu) dan 1.200 Rupee (Rp 230 ribu) per dosis.
Itu sekalipun India per awal bulan ini telah mengumumkan dukungan keuangan kepada pembuat vaksin untuk membantu mereka meningkatkan kapasitas produksinya. "Kami tidak bisa segera menambah pasokan," kata seorang eksekutif yang mewakili salah satu dari dua perusahaan itu. “Ini akan memakan waktu, beberapa minggu.”
TELEGRAPH INDIA | REUTERS
Baca juga:
Mutasi Virus Baru di Balik Tsunami Covid-19 di India