TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia atau WHO memantau ketat penyebaran 10 varian virus corona Covid-19 di dunia yang mereka klasifikasikan sebagai 'variant of interest' dan 'variant of concern'. Termasuk dalam sepuluh itu adalah varian yang kerap disebut triple mutant yang dideteksi pertama kali di India pada 1 Desember 2020--berbarengan awal gelombang kedua pandemi di negara itu.
Sepuluh varian SARS-CoV-2 yang menarik perhatian WHO, dan sebagian telah dianggap mencemaskan, itu hanyalah sebagian kecil dari varian baru virus corona Covid-19 yang telah muncul selama pandemi ini. Variant of concern adalah kelompok yang dianggap lebih mengancam, yang umumnya didefinisikan sebagai sebuah turunan virus baru yang bermutasi menjadi lebih menular, lebih mematikan, dan lebih resisten terhadap vaksin dan pengobatan yang ada.
Sejauh ini, WHO telah memasukkan tiga ke kelompok 'variant of concern'. Ketiga varian itu adalah B.1.1.7 yang pertama dideteksi di Inggris dan kini mendominasi kasus Covid-19 di Amerika Serikat; B.1.351, pertama terdeteksi di Afrika Selatan; dan P.1 dari Brasil.
Sedang satu di antara 'variant of interest', yang terus diselidik WHO, adalah varian B.1617, si varian dengan triple-mutant, yang pertama ditemukan di India. Varian ini belum termasuk yang mengkhawatirkan (concern) sekalipun ditemukan di antara ledakan kasus yang sedang terjadi di negara itu.
Para ilmuwan, kata Ketua Tim Teknis WHO, Maria Van Kerkhove, masih butuh lebih banyak studi untuk memahami sepenuhnya varian ini. Varian baru virus itu belum dipastikan sebagai sebab di balik gelombang kedua pandemi di India. Kerkhove menyebut banyak faktor yang mungkin berperan, di antaranya, festival-festival keagamaan dan aktivitas kerumunan lain yang mengabaikan protokol kesehatan serta keberadaan varian virus corona B.1.1.7.
Seperti halnya B.1617, Kerkhove menjelaskan, ada begitu banyak varian virus corona Covid-19 yang bermunculan dan seluruhnya harus dikaji sebelum dinyatakan sebagai ancaman baru di tengah masyarakat. Para ilmuwan disebutnya mengamati seberapa besar setiap varian yang muncul itu menyebar di suatu wilayah, apakah mutasinya mengubah tingkat penularan atau keparahan gejala infeksi, dan banyak faktor lainnya.
"Informasi datang dengan begitu cepat. Ada varian baru yang dilaporkan dan diidentifikasi setiap hari, tapi tidak semuanya penting," katanya.
Varian lain yang sampai saat ini masih diklasifikasikan sebagai 'variant of interest' oleh WHO termasuk B.1525, yang pertama terdeteksi di Inggris dan Nigeria; B.1427/B.1429, pertama dideteksi di Amerika Serikat; P.2, pertama terdeteksi di Brasil; P.3, pertama dideteksi di Jepang dan Filipina; S477N, dideteksi pertama di Amerika Serikat; dan B.1.616, pertama diketahui menyebar di Prancis.
Van Kerkhove mengatakan, upaya klasifikasi sangat bergantung kepada kapasitas sekuensing genom yang bervariasi di setiap negara. Sebagai ilustrasi, di platform GISAID yang berisi data sekuensing genetik virus corona dan influenza, hingga 23 April lalu telah diunggah lebih dari 850 data urutan gen virus Covid-19 dari sedikitnya 18 negara. Kebanyakan adalah dari India, Inggris, Amerika Serikat, dan Singapura.
WHO juga berharap kepada para epidemiolog lokal sebagai perpanjangan mata dan telinga mereka untuk bisa memahami lebih baik situasi di lapangan dan mengidentifikasi potensi berbahaya suatu varian baru virus corona Covid-19. "Kita perlu komunitas global bekerja sama, dan mereka melakukannya," kata Kerkhove.
CNBC | INDIA TV NEWS
Baca juga:
Krisis Covid-19 India Menjalar ke Tetangga, Asia Selatan Dibayangi Bencana