TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti di Qatar menemukan bukti terkuat yang pernah didapat tentang kemampuan vaksin Covid-19 yang ada saat ini dalam melawan varian baru SARS-CoV-2. Termasuk varian itu adalah B.1.351 yang pertama teridentifikasi di Afrika Selatan dan terkenal dengan karakter hasil mutasi yang membuatnya mampu menghindari respons antibodi tubuh.
Orang-orang yang telah dua kali disuntik (dua dosis) vaksin Pfizer di negara itu disebutkan 75 persen lebih kebal daripada mereka yang belum divaksinasi. Dua dosis itu bahkan hampir 100 persen efektif melindungi penerimanya dari kasus gejala infeksi yang parah.
Dalam laporan yang dipublikasikan di The New England Journal of Medicine1 pada 5 Mei lalu, tim penelitinya merujuk efektivitas vaksin melawan SARS-CoV-2 varian B.1.315. Ini karena varian itulah yang ditemukan mendominasi dalam gelombang kedua wabah Covid-19 di negara tersebut. Varian itu sendiri kini tercantum bersama varian asal Inggris dan Brasil sebagai variant of concern dalam daftar yang dibuat WHO.
Hasil penelitian di Qatar juga melambungkan teknik mRNA, seperti yang digunakan Pfizer dan Moderna, sebagai senjata potensial untuk bisa menghadang varian-varian virus corona yang paling berbahaya. "Kami memiliki cara untuk mengendalikan setidaknya kasus-kasus infeksinya yang bergejala parah--dan ini seharusnya bisa diterapkan pula pada pencegahan penularan," kata Laith Jamal Abu-Raddad, epidemiolog di Weill Cornell Medicine—Qatar di Doha, yang memimpin penelitian itu, pada pekan lalu.
Para peneliti di Afrika Selatan mengidentifikasi SARS-CoV-2 varian B.1.351 pada akhir tahun lalu. Studi di laboratorium menunjukkan varian ini memiliki mutasi yang membuatnya mampu meliuk dari antibodi tubuh. Uji klinis juga mengungkap kalau sejumlah vaksin Covid-19 berkurang efektivitasnya saat berhadapan dengan varian ini.
Pada bulan lalu, Pfizer sebenarnya telah mengumumkan klaim efektivitas vaksinnya melawan B.1.351 lewat sebuah uji klinis pada kelompok kecil pasien di Afrika Selatan. Tapi belakangan angka efektivitasnya diragukan karena dari 800 pasien dalam uji klinis itu hanya 6 dalam kelompok plasebo yang terinfeksi varian itu.
Dalam versi penelitiannya, Jamal dan timnya menganalisis puluhan ribu kasus Covid-19 sejak program vaksinasi dimulai di Qatar akhir Desember 2020 hingga yang terakhir pada akhir Maret lalu. Hasil sekuensing genom yang dilakukan memperlihatkan varian B.1.1.7 asal Inggris awalnya lebih dominan daripada B.1.351, sebelum kemudian porsinya berimbang sejak pertengahan Februari.
Jamal dkk memperbandingkan tingkat infeksi Covid-19 pada mereka yang sudah divaksin dengan yang belum sama sekali. Tim peneliti mendapati vaksinasi Pfizer dua dosis membuat seseorang lebih kebal 90 persen dari infeksi oleh varian B.1.1.7 yang lebih mudah menular. Hasil yang sama disebutkan pernah datang dari Israel dan Inggris.
Sebuah gambar kombinasi menunjukkan laki-laki dengan kostum tradisional mengendarai kuda di Souq Waqif, setelah berjangkitnya virus corona, di Doha, Qatar 12 Maret 2020 dan Souq terlihat sepi dari warga di tengah kekhawatiran penyebaran penyakit 17 Maret 2020. REUTERS/Stringer
Sedang dari sekitar 1.500 kasus infeksi karena varian B.1.351 pada mereka yang sudah menerima vaksin, hanya 179 kasus yang terinfeksi setelah dua minggu suntikan kedua. Dari mereka semua yang sudah divaksinasi dua dosis juga tak didapati kasus Covid-19 bergejala parah, apakah itu karena varian B.1.1.7 maupun B.1.351.
"Kalaupun ada yang masih terinfeksi, mereka tidak akan sampai membutuhkan perawatan di rumah sakit apalagi menyebabkan kematian," kata Jamal.
Dia memberi catatan, dua orang meninggal karena Covid-19, infeksi virus B.1.351. Tapi, Jamal menambahkan, dua kasus itu diyakini berasal dari infeksi yang terjadi sebelum suntikan kedua diberikan."Jika setahun lalu, saya pernah mengatakan kalau kita akan memiliki efektivitas 75 persen menghadapi varian paling berbahaya, hasil yang sekarang pasti dinilai amat sangat bagus," katanya.
NATURE | DOHANEWS
Baca juga:
Covid-19 India: Sejuta Follower Tak Mampu Selamatkan Nyawa YouTuber Ini