TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah membuat simulasi untuk potensi tsunami akibat gempa dengan potensi hingga Magnitudo 9,0 di selatan di Jawa Timur. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa hasil dari pemodelan matematis tersebut bisa menjadi acuan pemerintah provinsi dan daerah untuk mempersiapkan mitigasinya.
“Potensi tsunami dengan tinggi maksimum itu sampai 26-29 meter di Kabupaten Trenggalek. Sedang waktu tiba tercepat itu 20-24 menit di Kabupaten Blitar,” ujar dia Dwikorita dalam acara webinar bertajuk “Gempa Bumi dan Tsunami Jawa Timur”, Jumat 28 Mei 2021.
Di Kabupaten Trenggalek, Dwikorita menerangkan, waktu tibanya 28-31 menit dari kejadian gempa. Menurut simulasi, tinggi tsunami di Trenggalek itu bakal lebih tinggi daripada di Kabupaten Blitar yang setinggi 19-22 meter.
Sementara, di wilayah pesisir selatan lainnya di Jawa Timur yakni Pacitan, tsunami diprediksi 25-26 meter dengan waktu tiba 26-29 menit, serta Kabupaten Tulungagung tingginya 24-27 meter dengan waktu tiba 27-30 menit. Wilayah lainnya adalah di Kabupaten Malang, tinggi tsunami menurut pemodelan bakal setinggi 17-20 meter dengan waktu tiba juga tergolong tercepat setelah Blitar yakni 21-24 menit.
Kabupaten Lumajang tinggi 13-16 meter dengan waktu tiba 23-26 menit, dan Kabupaten Jember tinggi 19-22 meter dengan waktu tiba 24-27 menit. Ada juga di Pantai Selatan Banyuwangi tinggi 24-27 meter dengan waktu tiba 21-24 menit--setara di Kabupaten Malang.
Berdasarkan pemodelan yang sama, tsunami baru akan sampai pantai timur Banyuwangi 45-48 menit dari kejadian gempa dan tingginya 4-7 meter, Kabupaten Situbondo tinggi tsunami hanya 1-3 meter dengan waktu tiba 78-79 menit.
Hasil simulasi itu lebih ekstrem daripada yang pernah disampaikan dari hasil studi di ITB mengenai potensi bencana yang sama di selatan Jawa Timur yang disampaikan September tahun lalu. Dwikorita menerangkan, untuk menghadapi potensi-potensi tersebut, BMKG sudah melakukan verifikasi lapangan.
Menurutnya, aparat pemerintah daerah di Jawa Timur sudah siap mitigasi bencana. "Tidak banyak BPBD di Indonesia ini yang sesiap Jawa Timur, bupati dan wali kota juga sangat concern dan peduli,” tutur Dwikorita.
Tersisa, menurut BMKG, kesiapan jalur evakuasi, karena bisa menghambat dan sulit dijangkau masyarakat saat gempa dan tsunami benar terjadi nantinya. “Jadi poinnya jalur evakuasinya dibuat lebih memadai, termasuk fasilitas sarana dan prasarananya,” kata Dwikorita.
Baca juga:
BMKG dan Kominfo Telusuri SMS 'Ngaco' Peringatan Dini Tsunami 4 Juni