TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat adanya peningkatan aktivitas gempa tahun ini di Indonesia. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkap itu dalam webinar bertajuk “Gempa Bumi dan Tsunami Jawa Timur”, Jumat 28 Mei 2021.
“Tahun sebelumnya dalam sebulan rata-rata gempa terjadi 300-400 kali. Mulai Januari kemarin rata-ratanya meningkat, bisa sampai 600 kali per bulan termasuk di Jawa Timur,” ujar dia.
Di wilayah Jawa Timur, Dwikorita menambahkan, terjadi peningkatan aktivitas gempa di klaster lepas pantai selatan. Sedang di Jawa Barat atau Banten, catatan mencolok datang dari selatan Selat Sunda.
Selain dua klaster itu, peningkatan juga terdeteksi di selatan Jawa Tengah serta sebelah barat Kepulauan Mentawai. Khusus di Mentawai, dampak gempa bisa sampai ke daratan utama Sumatera.
Kebanyakan, kata Dwikorita, gempa yang terjadi memiliki kekuatan di bawah Magnitudo 5. Frekuensi gempa yang di atas Magnitudo 6 tidak sebanyak yang di bawah 5. Tapi, dia menambahkan, "Ini harus menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat."
Dwikorita memberi alasan dengan memaparkan kejadian beberapa gempa yang menyebabkan kerusakan seperti di di Aceh, Yogyakarta, Pangandaran, Lombok, dan Palu. Menurutnya, semua gempa tersebut tidak terjadi mendadak seketika.
“Semua diawali gempa kecil yang dirasakan hanya oleh alat, yakni kurang dari magnitudo 5 atau 4, tapi frekuensinya bisa lebih dari 100 kali. Fenomena itu yang sedang kami analisis,” tutur Dwikorita.
Melihat data peningkatan aktivitas tersebut, pemerintah dan masyarakat perlu segera siap siaga. “Karena ada tren peningkatan gempa kecil yang biasanya akan berujung pada terjadinya gempa besar,” perempuan kepala BMKG itu.
Baca juga:
Model Simulasi BMKG, Jawa Timur Terancam Tsunami Sampai Setinggi 29 Meter