TEMPO.CO, Yogyakarta - Penularan Covid-19 di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, usai libur Lebaran belum menunjukan tanda-tanda mereda. Sebaliknua, rentetan klaster penularan baru ditemukan di sejumlah titik dusun/desa berbeda.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo menuturkan, setidaknya ada dua kasus penularan massal di wilayahnya yang jadi perhatian sepekan ini. Pertama, penularan yang terjadi di Padukuhan Ngaglik, Desa Caturharjo, yang menulari 55 orang di mana satu diantaranya meninggal.
“Lalu kedua, saat ini ditemukan juga penularan massal di Dusun Nglempong, Padukuhan Ngemplak II dan Degolan, Desa Umbulmartani, yang hingga Jumat ini sudah menulari 52 warga setempat,” kata Joko, Jumat 28 Mei 2021.
Dua wilayah itu kini sudah sama-sama melakukan lockdown mikro hasil kesepakatan Satgas Covid-19 kelurahan dan kecamatan termasuk puskesmas setempat. Joko mengatakan, dinas kesehatan tidak memiliki kewenangan untuk mengeluarkan instruksi lockdown.
“Namun menurut kami langkah inisatif lockdown itu bagus karena juga sesuai saran dari satgas nasional untuk pemutusan rantai penularan,” katanya.
Sehari sebelumnya, pada Kamis, ratusan warga Dusun Nglempong Desa Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, menjalani pemeriksaan Covid-19 secara massal. Pemeriksaan pascatemuan 12 warganya yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Diduga kuat penularan berawal dari kegiatan silaturahmi saat Lebaran lalu. “Dari pemeriksaan massal kemarin, dari semula 12 kasus positif di Dusun Nglempong bertambah 35 orang, lalu dari Dusun Degolan dari semula satu bertambah empat kasus, itu masih satu desa,” katanya.
Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 DIY Berty Murtiningsih mengatakan langkah lockdown mikro tergantung perkembangan kasus Covid-19 yang ada di lapangan. Begitupun untuk kategorisasi apakah kasus yang saat ini muncul merupakan bagian klaster aktivitas warga saat Lebaran lalu.
“Penyebutan suatu klaster bukan tergantung waktunya namun komunitas dan indeks kasusnya,” kata Berty menerangkan.
Untuk mengetahui apakah kasus Covid-19 yang kini merebak di DIY seperti Sleman itu bagian aktivitas libur Lebaran lalu, menurut Berty perlu penelusuran mendalam lagi. “Misalnya penulusuran kasus itu ternyata dari kejadian awal saat jamaah tarawih, apakah bisa dikatakan lebaran juga,” kata dia.
Baca juga:
Model Simulasi BMKG Sebut Potensi Tsunami 29 Meter di Jawa Timur