TEMPO.CO, Jakarta - NASA telah memilih dua misi penjelajahan robotik baru ke luar angkasa. Perhentian selanjutnya yang dibidik oleh misi eksplorasi NASA saat ini adalah Venus, planet tetangga Bumi yang lebih dekat ke matahari--tepatnya, planet kedua terdekat dari matahari.
Administrator NASA, Bill Nelson, mengumumkan pada Rabu 2 Juni 2021 kalau dua yang dipilih adalah DAVINCI+ dan VERITAS. Keduanya terpilih di antara empat proposal akhir yang lolos dalam sayembara Program Discovery berisi tantangan membuat misi antarplanet dengan anggaran yang ramping, sekitar $500 juta untuk setiap misi atau proposal.
"Keduanya akan mengemban misi mempelajari bagaimana Venus bisa menjadi dunia yang mirip neraka seperti yang sekarang ini, yang mampu membuat timah di permukaan planet itu langsung meleleh," kata Nelson di markas besar NASA di Washington, Rabu. “Mereka akan menawarkan kesempatan kepada seluruh komunitas sains untuk menginvestigasi sebuah planet yang belum pernah kita tuju selama ini."
DAVINCI+, yang diproyeksikan meluncur sekitar 2029, akan menandai misi Amerika pertama ke atmosfer Venus sejak 1978. Kala itu misi kedua dari Pioneer milik NASA terjun ke dalam sistem awan di Venus untuk kepentingan studi ilmiah. DAVINCI+ rencananya akan terbang melewati Venus dua kali untuk menjepret foto-foto close-up permukaan planet itu sebelum melepas sebuah wahana robotik ke dalam atmosfer tebal Venus untuk pengukuran gas-gas dan unsur lainnya di sana.
Penasaran tentang Venus memuncak tahun lalu saat tim peneliti internasional mempublikasikan temuan dugaan gas beracun, phosphine, melayang dalam awan di Venus--sebuah teori misterius tanda-tanda pertama dari kehidupan di planet neraka itu. Seperti diketahui, phospine diproduksi terutama oleh organisme hidup.
Tapi, tim peneliti lain mempertanyakan temuan itu dan membuat kemungkinan teori phospine masih terbuka lebar. Misi DAVINCI+ untuk terjun menembus atmosfer Venus bisa memberi kepastian di antara dua kubu tersebut. "Ini waktunya untuk memprioritaskan misi ke Venus," begitu kata administrator NASA saat itu, Jim Bridenstine.
Misi kedua, VERITAS, adalah sebuah pesawat antariksa yang diproyeksikan meluncur 2028 atau lebih dulu daripada DAVINCI+. NASA meminta VERITAS mengorbit Venus dan memetakan permukaannya. Ini sama seperti yang pernah diamanatkan NASA kepada misi Magellan selama empat tahun sejak 1990. Bedanya, VERITAS diharap memberi hasil pemetaan dengan fokus yang jauh lebih tajam, yang akan menyediakan para limuwan gambaran lebih baik dari sejarah geologis Venus.
"Dia akan menggunakan radar apertur dan melacak kontur permukaan untuk merekonstruksi 3D topografi dan mengkonfirmasi apakah proses-proses seperti lempeng tektonik dan gunung api masih aktif di Venus," kata NASA.
Satu kamera lain di VERITAS akan sensitif terhadap panjang gelombang yang bisa menandai keberadaan uap air dalam atmosfer Venus. Jika benar terdeteksi, itu akan bisa menjadi tanda bagi riwayat aktivitas gunung api di planet itu.
Planet Venus melintas di depan Matahari terlihat dengan teleskop di Jogja Astro Club, kelurahan Condong Catur, kecamatan Depok, kabupaten Sleman, Yogyakarta, Rabu (6/6). TEMPO/Suryo Wibowo
Secara bersama, DAVINCI+ dan VERITAS jelas menunjukkan kalau NASA pada akhirnya akan habis-habisan di Venus, planet panas yang lama terabaikan karena fokus ke Mars. Dua misi lainnya yang berkompetisi dengan DAVINCI+ dan VERITAS adalah TRIDENT dan Io Volcano Observer (IVO). Masing-masing diproyeksi akan mempelajari bulan es planet Neptunus yakni Triton dan bulan planet Jupiter, Io.
Adapun misi kembar ke Venus sekaligus menantang kemungkinan bahwa planet itu pernah dihuni. Saat ini, suhu permukaan Venus diperkirakan 900 derajat Fahrenheit atau setara 482 derajat Celsius. "Venus lebih dekat ke matahari, dia adalah rumah yang panas sekarang ini, tapi dahulu kala mungkin berbeda," kata Kepala Discovery Program NASA, Thomas Wagner.
THE VERGE
Baca juga:
Misi Perseverance Amerika Lalui 100 Hari Pertama di Mars