Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perubahan Iklim, WWF: Pemanasan Global Jangan Tembus 1,5 Derajat Celsius!

Reporter

image-gnews
Aktivis lingkungan tidur di jalanan saat berpartisipasi dalam protes Perubahan Iklim di dekat kantor Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Bangkok, Thailand 20 September 2019. Gerakan demonstrasi perubahan iklim global digelar di berbagai belahan dunia hari ini. REUTERS/Soe Zeya Tun
Aktivis lingkungan tidur di jalanan saat berpartisipasi dalam protes Perubahan Iklim di dekat kantor Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Bangkok, Thailand 20 September 2019. Gerakan demonstrasi perubahan iklim global digelar di berbagai belahan dunia hari ini. REUTERS/Soe Zeya Tun
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Spesies-spesies yang hidup di alam liar mulai dari bunga bluebell dan kumbang bumblebee sampai macan tutul salju dan penguin kaisar sedang terancam oleh perubahan iklim. Ancaman dari suhu Bumi yang menghangat tak terkecuali tertuju ke satu jenis kopi penghasil citarasa favorit di dunia.

Lembaga konservasi WWF memperingatkan itu dalam laporan terbarunya yang berjudul Feeling The Heat yang dirilis di awal bulan ini, menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada hari ini, 5 Juni 2021. WWF memberi pesan kepada para pemimpin dunia yang akan berhimpun di Konferensi Perubahan Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, pada November nanti, untuk mengambil langkah nyata sekarang juga.

"Tekan kenaikan suhu global jangan sampai tembus sampai 1,5 derajat Celsius dan membatasi dampak kerusakannya pada alam dan manusia," bunyi seruan WWF dalam laporannya itu.

Dalam Feeling The Heat, WWF melaporkan kalau perubahan iklim telah membuat laut dan daratan bertambah panas. Kejadian-kejadian gelombang panas, banjir, kekeringan dan kebakaran hutan pun meningkat, di mana banyak spesies makhluk hidup tak mampu menghadapinya.

Di Inggris Raya, WWF mencatat, terwelu gunung (satu keluarga dengan kelinci), kumbang besar (bumblebee), dan bunga bluebell sudah terdampak oleh pemanasan global yang terjadi. Di tempat lain adalah penyu belimbing, monyet di Amazon, serta terumbu karang dan kudanil.

"Ini bukan ancaman yang masih nanti-nanti," kata Direktur Eksekutif Sains dan Konservasi WWF, Mike Barrett. Dia menegaskan, dampak dari iklim yang berubah sudah sangat nyata, "Dan kalau kita tidak bertindak sekarang juga untuk menahan pemanasan global menembus 1,5 derajat Celsius, kita mungkin akan tergelincir semakin cepat ke kehancuran."

Saat ini, suhu rata-rata di Bumi sudah satu derajat Celsius di atas suhu saat pra-revolusi industri. Menurut WWF, pemanasan global hingga 1,5 derajat sama saja dengan memberi mantra bencana bagi alam liar--dan manusia yang selama ini bergantung kepada apa yang disediakan alam.

Itu sebabnya WWF memandang rencana dan komitmen iklim yang ada saat ini tidak cukup. Dunia berada pada jalur menuju kenaikan suhu global sampai 2,4 derajat Celsius. Konsekuensi yang harus diambil di jalur itu adalah dampaknya di komunitas dan tanaman pesisir, juga jenis-jenis tanaman dan hewan yang selama ini sudah lebih dulu tertekan oleh aktivitas manusia.

Populasi di habitat liar global telah berkurang rata-rata 68 persen sejak 1970. Laporan WWF menyerukan aksi melindungi dan memulihkan habitat-habitat mulai dari hutan tropis sampai padang lamun, dan mentransformasikan lahan-lahan pertanian dan bagaimana lahan dimanfaatkan.

"Ini akan membantu menyimpan karbon (tak terlepas ke atmosfer), mendorong kehidupan di alam liar dan mendukung komunitas-komunitas mengatasi krisis alam dan iklim."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Laporan itu membawa contoh nasib 12 spesies yang berada dalam risiko besar karena perubahan iklim. Di antaranya adalah jenis burung laut Puffin di Atlantik yang kini harus bertahan dari terpaan badai-badai yang lebih ekstrem, selain juga hewan laut yang menjadi makanannya semakin menipis karena laut yang menghangat.

Pecahan es dan garis salju yang mundur mengungkapkan bahwa Glacier Taku akhirnya menyerah pada perubahan iklim pada gambar satelit yang diambil pada Agustus 2019. (NASA Earth Observatory)

Hamparan bunga bluebell juga terancam semakin jarang dilihat seiring suhu udara yang menghangat, menyebabkan jenis tanaman ini bermekaran tak teratur lagi. Kumbang-kumbang juga kepanasan dan terwelu di pegunungan Skotlandia terdampak periode musim salju yang semakin pendek--membuat mereka rentan ancaman predatornya.

Monyet bajing dan katak Darwin di Amerika Selatan, leopard di pedalaman Himalaya, kudanil, tanaman kopi arabika adalah segelintir contoh spesies lainnya yang juga sudah terdampak.

Khusus terumbu karang tropis disebut sudah sangat parah terdampak oleh kenaikan suhu udara global sebesar 1,5 derajat Celsius. Populasinya dicemaskan akan musnah jika suhu global terus naik sampai 2,0 derajat. Beda lagi dengan kelamnya masa depan koloni-koloni penguin kaisar di Antartika karena lapisan es yang terus berkurang.

"Kalau kita ingin menyelamatkan masa depan sejumlah spesies ikonik itu dan habitat-habitat, dan bahkan masa depan kita juga, maka 2021 ini harus menjadi titik baliknya," kata chief executive WWF, Tanya Steele. "Para pemimpin dunia harus mengambil kesempatan di Konferensi Perubahan Iklim COP26 untuk membangun masa depan yang lebih hijau, lebih bersahabat untuk semua.”

NEW SCIENTIST

Baca juga:
Kebakaran Hutan Ekstrem di Australia, Hampir 3 Miliar Hewan Mati dan Tersingkir

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

11 jam lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

19 jam lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

21 jam lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab


Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

1 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

Dubai terdampak badai yang langka terjadi di wilayahnya pada Selasa lalu, 16 April 2024.


Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

4 hari lalu

Petugas pemadam kebakaran Rumania beristirahat saat api membakar dekat desa Masari, di pulau Rhodes, Yunani, 24 Juli 2023. REUTERS/Nicolas Economou
Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

5 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

11 hari lalu

Seseorang memegang gambar aktivis iklim Greta Thunberg ketika para aktivis menandai dimulainya Pekan Iklim di New York selama demonstrasi yang menyerukan pemerintah AS untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan menolak penggunaan bahan bakar fosil di New York City, New York, AS, 17 September 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.


Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

15 hari lalu

Ilustrasi hujan. REUTERS
Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.


Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

18 hari lalu

Billy Joe Armstrong dari Green Day tampil membawakan lagu
Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco


Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

23 hari lalu

Warga beraktivitas di pinggir Waduk Cacaban, Kedung Banteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa, 11 September 2018. Akibat musim kemarau tahun ini, volume air di salah satu waduk penyuplai di wilayah Pantura itu menyusut hingga lebih dari puluhan meter sehingga mengancam kekeringan, terutama persawahan di sejumlah wilayah itu. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

Fenomena penguapan air dari tanah akan menggerus sumber daya air di masyarakat. Rawan terjadi saat kemarau.