TEMPO.CO, Jakarta - Lonjakan kasus mukormikosis di India terjadi seiring dengan tingginya lonjakan kasus Covid-19, terutama pada periode Mei 2021. Pada pasien Covid-19 derajat berat terjadi gangguan sistem kekebalan tubuh yang serius dan berisiko mengalami infeksi jamur sistemik.
Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Anna Rozaliyani mengatakan kewaspadaan terhadap infeksi jamur harus terus ada setelah pasien dinyatakan sembuh (pasca Covid-19).
“Hal ini dikarenakan sistem imun pasien biasanya belum sepenuhnya pulih, sehingga risiko infeksi jamur sistemik masih tetap ada,” ujar dia dalam acara virtual Temu Media FKUI Peduli Covid-19, Jumat, 4 Juni 2021.
Sebagai informasi, Anna menerangkan, istilah black fungus atau infeksi jamur hitam di India tidak tepat karena kasus itu merupakan mukormikosis, yaitu infeksi jamur yang disebabkan Mucormycetes.
Mukormikosis adalah infeksi jamur sistemik yang disebabkan golongan Mucormycetes (Rhizopus spp, Mucor spp, Rhizomucor spp, Cunninghamella bertholletiae, Apophysomyces spp, dan Lichtheimia). Mucormycetes bukanlah kelompok jamur hitam (Dematiaceae). “Walaupun jamur ini menyebabkan kelainan jaringan berwarna kehitaman,” kata Anna.
Infeksi jamur sistemik, khususnya mukormikosis pada pasien Covid-19 terjadi karena beberapa kondisi, yaitu gangguan bahkan kelumpuhan sistem imun sehingga tubuh tidak mampu mengeliminasi atau menghalangi invasi jamur ke dalam tubuh.
Kemudian kondisi diabetes mellitus dengan gula darah belum terkontrol, pemberian kortikosteroid massif dalam waktu lama, penggunaan obat anti-inflamasi, misalnya tocilizumab, dan peningkatan kadar ferritin (besi). Selain itu, kemungkinan munculnya sumber infeksi dari lingkungan sekitar pasien maupun kontaminasi jamur pada fasilitas atau peralatan di rumah sakit.
“Mukormikosis maupun infeksi jamur sistemik lain berpotensi menimbulkan komplikasi yang memperberat kondisi pasien Covid-19, serta meningkatkan risiko kematian,” tutur dia.
Bahaya lainnya, semakin tingginya biaya perawatan di rumah sakit akibat infeksi jamur. Hal ini berkaitan dengan besarnya biaya pemeriksaan serta pengobatan yang harus diberikan, masa rawat di rumah sakit yang lebih lama, serta banyaknya tenaga kesehatan yang harus tersedia untuk merawat pasien dengan kondisi sakit berat atau kritis.
Selain pasien Covid-19, siapa saja yang berisiko mengalami mukormikosis? Kelompok yang paling berisiko mengalami mukormikosis, antara lain pasien diabetes, terutama dengan kondisi ketoasidosis diabetikum; pasien kanker dan penerima transplantasi organ; kondisi neutropenia berkepanjangan; dan penderita hemokromatosis (mengalami kelebihan zat besi).
Selain itu, ada juga kelompok dengan cedera kulit akibat pembedahan, luka bakar, bencana alam; bayi berat badan lahir rendah atau prematur; pasien sakit berat atau kondisi kritis yang menerima kortikosteroid atau pengobatan lain yang menurunkan imunitas; dan pasien gagal ginjal kronis dan atau menjalani hemodialisis. “Serta pasien HIV, penggunaan narkoba jenis suntikan, maupun kondisi imunokompromi lain.”
Gejala yang terjadi juga tergantung dari jenis mukormikosis atau bagian tubuh yang terinfeksi. Pada mukormikosis rinoserebral, infeksi terjadi pada rongga sinus, dapat menyebar ke otak, dan paling sering terjadi pada pasien diabetes yang tidak terkontrol, atau pasien transplantasi ginjal.
Gejala mukormikosis rinoserebral adalah wajah bengkak pada satu sisi, sakit kepala, hidung tersumbat, demam, kelainan berwarna hitam (black eschar) pada hidung atau mulut bagian atas. Sedang mukormikosis paru paling sering terjadi pada pasien kanker atau transplantasi.
“Gejalanya demam disertai batuk, nyeri dada, sesak napas, dan lain-lain, yang tidak membaik dengan pengobatan standar,” tutur Anna yang juga anggota perhimpunan dokter paru Indonesia.
Kemudian ada mukormikosis gastrointestinal, infeksi saluran cerna yang lebih sering terjadi pada pasien anak, terutama bayi prematur yang menerima antibiotik sistemik, steroid, pembedahan, dan lain-lain. Gejalanya dapat berupa sakit perut, mual, muntah, dan perdarahan gastrointestinal.
Selain itu mukormikosis kulit yang terjadi melalui luka pada kulit (misalnya setelah operasi, luka bakar, dan lain-lain). Gejala dapat terlihat seperti lecet atau bisul, dan area yang terinfeksi menjadi hitam. “Gejala lain termasuk nyeri, hangat, kemerahan berlebihan, atau bengkak di sekitar luka”.
Ada juga mukormikosis diseminata, infeksi yang menyebar melalui aliran darah, dapat menyebar ke organ lain, termasuk otak, limpa, jantung, dan lain-lain. Biasanya terjadi pada kondisi sakit berat, dan sulit mengetahui gejala khusus. “Pasien dengan infeksi otak dapat mengalami perubahan status mental atau koma,” ujar Anna.
Baca:
Survei Antibodi, Covid-19 di Indonesia Hampir 40 Kali Lipat Data Kemenkes