TEMPO.CO, Jakarta - Laporan Kaspersky untuk kuartal pertama tahun 2021 menunjukkan bahwa sebanyak 25,7 persen pengguna komputer di Indonesia hampir terkena serangan berbasis web. Sementara lebih dari sepertiga (38,3 persen) menjadi target ancaman lokal.
Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky, mengatakan lebih dari 70 persen penduduk Indonesia merupakan pengguna internet. “Sudah tidak diragukan bahwa negara ini dan para penggunanya masih menjadi daya tarik bagi para para penjahat dunia maya,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Selasa, 8 Juni 2021.
Tinjauan ancaman triwulanan tersebut merujuk data dari Kaspersky Security Network (KSN), infrastruktur terdistribusi kompleks yang didedikasikan memproses aliran data terkait keamanan siber dari jutaan peserta di seluruh dunia. Pada Januari-Maret 2021, Kaspersky mendeteksi dan memblokir sebanyak 9.639.740 ancaman siber berbeda yang ditularkan melalui Internet pada komputer pengguna KSN di Indonesia.
Secara keseluruhan, 25,8 persen pengguna menjadi sasaran ancaman yang ditransmisikan melalui web selama periode ini. Ini menempatkan Indonesia di posisi ke-56 dunia dalam hal bahaya yang muncul saat berselancar di web. Juga merupakan peningkatan 20 persen daripada periode yang sama tahun lalu dengan 8.026.877 ancaman terdeteksi di negara ini.
Menurut Yeo Siang Tiong, walaupun teknologi adalah alat yang efektif memajukan kehidupan dan bisnis di tengah pandemi, tapi juga perlu mempertimbangkan ketidakstabilan dan kecemasan yang ditimbulkan oleh situasi ini, karena membuat manusia menjadi target yang rentan terhadap ancaman seperti ekayasa sosial.
“Oleh karena itu, mari bentengi diri dengan pertahanan dasar dan kebiasaan online yang bijak demi menjaga aset dan data kita tetap aman,” tutur Yeo Siang Tiong.
Metode yang paling umum digunakan untuk ancaman web dapat dilakukan dengan beberapa cara, pertama, memanfaatkan kerentanan di browser dan plugin-nya (unduhan drive-by). Infeksi dalam jenis serangan ini terjadi saat mengunjungi situs web yang terinfeksi, tanpa intervensi apa pun dari pengguna dan tanpa sepengetahuan mereka.
Kedua, menggunakan metode paling sederhana yang masih efektif, rekayasa sosial, di mana pengguna harus mengunduh file berbahaya ke komputer mereka. Ini akan melibatkan sisi psikologis pengguna dan hacker atau peretas berperan membuat korban percaya bahwa mereka mengunduh file program yang sah.
Selain itu, penggunaan statistik infeksi lokal untuk komputer pengguna merupakan indikator kesadaran keamanan siber yang sangat penting, karena jumlah worm dan file virus yang muncul adalah penyebab insiden gegabah itu. Data Kaspersky menunjukkan seberapa sering pengguna menjadi sasaran penyebaran malware melalui drive USB, CD dan DVD yang dapat dilepas, dan metode offline lainnya.
Kuartal pertama tahun ini, Kaspersky mendeteksi sebanyak 23.594.930 insiden lokal di komputer partisipan KSN di Indonesia. Secara keseluruhan, 27,7 persen pengguna di Indonesia hampir terinfeksi oleh ancaman lokal selama periode tersebut. Ini merupakan penurunan 18 persen daripada periode yang sama tahun lalu dengan 28.885.114 insiden.
Dony Koesmandarin, Territory Manager untuk Indonesia di Kaspersky, menambahkan, Indonesia memiliki potensi besar untuk pertumbuhan di masa depan dengan pembangunan infrastruktur dan adaptasi teknologinya.
Sektor publik, Dony berujar, juga kini turut melibatkan diri dalam perencanaan Kaspersky untuk meningkatkan kemampuan keamanan siber negara. Indonesia dapat bergerak maju dan merangkul kekuatan teknologi dan internet dengan aman. “Selama sistem terlindungi dengan baik dan orang-orang sekitar semakin terlatih dan sadar akan kepentingan keamanan siber,” ujarnya.
Baca:
Mengenal Serangan Siber Doxing dan Cara Aman Menghindarinya