TEMPO.CO, Palu - Kementerian Pertanian akan mengalokasikan bibit tanaman porang untuk lahan seluas 25 hektare di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, mulai 2022. Alokasi itu dijanjikan sebagai tahap awal karena pasar porang yang disebutkan terbuka luas, khususnya pasar ekspor.
"Kabupaten ini memiliki kontribusi besar terhadap produksi pangan Sulawesi Tengah," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Parigi Moutong, Dadang Priatna Jaya, mengungkapkan pada Kamis 11 Juni 2021.
Ia menjelaskan kalau saat ini pemerintah pusat menjadikan porang sebagai komoditas prioritas selain tanaman pangan lainnya, sekaligus menjadi program prioritas Kementerian Pertanian untuk dikembangkan di daerah. Oleh karena itu, Parigi Moutong mendapat kuota pengembangan lewat bibit yang disediakan yang pembiayaannya bersumber dari APBN.
"Saat ini, di Parigi Moutong sudah ada petani menanam secara mandiri, tetapi masih sebagian kecil karena harga benih lumayan mahal," ujar Dadang sambil menambahkan harga benih saat ini berada di kisaran Rp 250 ribu per kilogram. "Artinya, dengan lahan seluas 25 ribu hektare, kami membutuhkan kurang lebih 250 ribu kilogram benih porang," kata Dadang.
Menurut Dadang, porang memiliki keunggulan tidak perlu lahan khusus, sistem penanaman bisa di sela komoditas lain, seperti lahan perkebunan kelapa, kakao, cengkih dan sebagainya. Pesannya, jangan ditanam di lahan persawahan, sebab pemerintah tidak menginginkan adanya reduksi komoditas padi dan jagung yang termasuk program nasional upaya khusus bersama kedelai.
"Jangan sampai mereduksi dua komoditas pokok tanaman pangan. Program budi daya porang ini sesungguhnya untuk menambah varian tanaman pangan sekaligus memperkuat nilai ekspor bahan pangan," kata Dadang menuturkan.
Di Pandeglang, Banten, Dinas Pertanian setempat juga mendorong para petani untuk menanam porang sebagai tanaman alternatif untuk meningkatkan pendapatan. Tapi, tidak ada janji alokasi benih dari pemerintah pusat di daerah ini.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang Budi S. Januardi hanya mengatakan bahwa untuk mendorong para petani menanam porang, pihaknya telah melakukan sosialisasi budidaya jenis tanaman itu pada koodinator penyuluh dan pendamping masyarakat serta para konsultan. Harapannya, mereka mampu menjelaskan kepada petani mengenai manfaat budidaya tanaman porang sebagai tanaman sela yang menjanjikan.
"Sehingga petani mau membudidayakan porang sebagai tanaman alternatif untuk meningkatkan pendapatan petani,” katanya, Kamis.
Petani tanaman umbi porang di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. (Antaranews Kalsel/Istimewa)
Berbeda lagi di Nusa Tenggara Barat. Di sini, pemerintah provinsinya memberi komitmen akan menyiapkan lahan untuk kalangan investor yang berminat menanam porang. Sebagian masyarakat di NTB terutama di Pulau Sumbawa disebutkan sudah banyak yang menanam dan memanen umbi porang.
"Ini sangat cocok untuk menghijaukan kembali hutan-hutan di NTB. Jadi masyarakat tidak lagi bertumpu pada tanaman jagung yang menyebabkan pembukaan hutan semakin luas," kata Gubernur NTB, Zulkieflimansyah, saat menerima kunjungan pengusaha tanaman porang asal Surabaya, Jawa Timur, di Mataram, Rabu.
Investor yang dimaksud menjanjikan menanam di lahan seluas sekitar 2.000 hektare dan sekaligus membangun pabrik pengolahan umbinya. Satu pohon porang disebut dapat menghasilkan sekitar 16 kilogram dengan jangka panen selama delapan bulan.
Baca juga:
Sedang Booming di Pasar Mancanegara, Jangan Sampai Tidak Tahu Apa Itu Porang