TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat aktivitas awan panas yang dimuntahkan Gunung Merapi kian sering ke arah tenggara atau menuju Kali Gendol. Tren baru awan panas yang tak melulu ke arah barat daya diketahui dari rekam jejak aktivitas Merapi sepekan terakhir, 4-10 Juni 2021.
"Sepekan terakhir awan panas guguran terjadi sebanyak 12 kali dengan jarak luncur maksimal teramati sejauh 1.600 meter ke arah barat daya dan 1.000 meter ke tenggara," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida, Jumat 11 Juni 2021.
Tren yang sama terjadi pada guguran lava pijar. Periode pengamatan yang sama menyebut guguran 52 kali ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter dan tiga kali ke arah tenggara dengan jarak luncur 600 meter.
Sementara, melalui pengambilan foto udara dengan drone BPPTKG, hasil analisis foto menunjukkan volume kubah di sektor barat daya tumbuh sebesar 1.300.000 meter kubik. Sedangkan volume kubah tengah sudah tumbuh sebesar 2.100.000 meter kubik.
"Intensitas kegempaan pada minggu ini juga lebih tinggi dibandingkan minggu lalu," kata Hanik.
Hanik merinci sepekan ini Gunung Merapi mencatat 72 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 340 kali gempa Fase Banyak (MP), 1 kali gempa Low Frekuensi (LF), 964 kali gempa Guguran (RF), 104 kali gempa Embusan (DG) dan 6 kali gempa Tektonik (TT). "Tinggi asap maksimum yang terpantau 150 meter teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan pada 5 Juni 2021," kata dia.
Pada minggu ini kembali terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan sebesar 53 milimeter/jam selama 170 menit di Pos Babadan pada tanggal 9 Juni 2021. Namun tidak sampai memicu terjadinya lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
"Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga," kata Hanik.
Baca juga:
Balai Arkeologi Yogya Telusuri Peradaban Sungai Brantas, Cari Pelabuhan Ujung Galuh