TEMPO.CO, Jakarta - Restoran penyedia makanan siap saji McDonald’s di Korea Selatan dan Taiwan menjadi target sasaran baru serangan siber oleh para peretas atau hacker. Serangan tersebut terjadi pada Jumat, 11 Juni 2021, dan membuat data pelanggan dan karyawan bocor.
Para hacker dapat mengakses email, nomor telepon, dan alamat pengiriman. “Tetapi pelanggaran itu tidak termasuk informasi pembayaran pelanggan,” ujar pihak perusahaan, seperti dikutip Gagdets NDTV, Minggu, 13 Juni 2021.
Rincian pelanggaran di dua wilayah tersebut merupakan hasil investigasi oleh konsultan eksternal menyusul aktivitas tidak sah di jaringan perusahaan. Meski perusahaan dapat menutup akses dengan cepat setelah identifikasi, penyelidikan menetapkan bahwa sejumlah kecil file diakses, beberapa di antaranya berisi data pribadi.
“Kami akan mengambil langkah-langkah untuk memberi tahu regulator dan pelanggan yang tercantum dalam file,” tutur perusahaan makanan siap saji asal Amerika Serikat itu.
Sebelumnya, beberapa kelompok hacker melakukan serangan siber terhadap beberapa institusi, termasuk rumah sakit, dan perusahaan pengolah daging terbesar di dunia JBS, juga perusahaan minyak Pipeline yang berdampak pada terganggunya operasi selama berjam-jam sehingga menyebabkan kekhawatiran kekurangan pasokan.
Beberapa perusahaan bahkan harus membayar uang tebusan untuk mendapatkan kendali atas operasi mereka dan memulai kembali produksinya. JBS memberikan konfirmasi bahwa pihaknya telah membayar tebusan US$ 11 juta (Rp 156,8 miliar) sebagai tanggapan atas peretasan tersebut.
Sementara, Colonial Pipeline membayar uang tebusan US$ 4,4 juta (Rp 62,7 miliar). Namun, McDonald's mengaku operasi sehari-harinya tidak terpengaruh dan tidak ada uang tebusan yang diberikan.
“Kami akan menggunakan temuan dari penyelidikan untuk mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan langkah-langkah keamanannya,” tutur pihak McDonald’s.
GADGETS NDTV | ZD NET
Baca:
Mengapa Banyak Pengguna Memilih Mematikan Update Windows 10?