TEMPO.CO, Jakarta - Naftali Bennett resmi menggantikan Benjamin Netanyahu menjadi Perdana Menteri Israel yang baru. Pria 49 tahun itu sekaligus menjadi Perdana Menteri Israel pertama yang terjun ke dunia politik dari industri teknologi, di mana dia selama ini menghasilkan sebagian besar kekayaannya.
Dikutip dari CTech, Senin 14 Juni 2021, Bennett diperkirakan memiliki kekayaan lebih dari US$ 9 juta (Rp 128, 2 miliar) yang sebagian besar ia peroleh pada 2005, setelah dia menjual Cyota—perusahaan teknologi yang ia dirikan pada 1999. Namun, ini bukan satu-satunya perusahaan startup teknologi miliknya.
Baru-baru ini diketahui bahwa investasi yang dilakukan Bennett di Payoneer 13 tahun lalu diperkirakan akan menghasilkan jutaan dolar untuknya. Fintech unicorn Israel itu berencana melakukan IPO melalui merger dengan FTAC Olympus Acquisition Corp. senilai lebih dari US$ 3 miliar (Rp 42,2 triliun).
Bennett diyakini hanya menginvestasikan beberapa ratus ribu Shekel (mata uang Israel) di perusahaan pada awal didirikannya. Bennett memiliki hubungan jangka panjang dengan pendiri dan Presiden Payoneer, Yuval Tal, dan memperkenalkannya kepada Keren Levy, COO Payoneer saat ini, yang sebelumnya bekerja di Cyota.
Perdana Menteri Israel itu memulai karirnya di ekosistem teknologi lokal pada 1996, saat belajar hukum dan administrasi bisnis di Universitas Ibrani Yerusalem. Saat itu, ia mulai bekerja dalam bisang jaminan kualitas perangkat lunak (QA), kemudian dalam penjualan, termasuk di I-Scrapr yang didirikan oleh kakak laki-lakinya, Asher.
Pada 1999, selama tahun keempatnya di Universitas Ibrani Yerusalem, Bennett dan rekannya Michal Tsur Shalev, Ben Enosh, serta Lior Golan, mendirikan perusahaan keamanan siber Cyota. Mereka mengembangkan algoritma untuk memverifikasi identitas pengguna berdasarkan tingkat risiko yang terlibat dalam transaksi online yang mereka lakukan (Risk-Based Authentication).
Pada masa jayanya, Cyota mempekerjakan 140 pekerja dan digunakan oleh bank-bank di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Jepang, serta sebagian besar bank di Israel. Cyota mengumpulkan US$ 27 juta dalam empat putaran yang dipimpin oleh dana modal ventura Bessemer Venture Partners, Israel Seed Partners, Giza, dan Poalim Ventures, dan bernilai US$ 23 juta pada putaran terakhirnya pada 2004.
Pada akhir 2005, perusahaan Amerika RSA Security mengumumkan bahwa mereka mengakuisisi Cyota seharga US$ 145 juta. Sebagai salah satu pendiri perusahaan dan sebagai CEO-nya, bagian Bennett dari kesepakatan itu diperkirakan mencapai beberapa puluh juta dolar.
Pemimpin partai Yamina Naftali Bennett berjalan setelah menyampaikan pernyataan di Knesset, Parlemen Israel, di Yerusalem, 30 Mei 2021. [Yonatan Sindel / Pool via REUTERS]
Dalam wawancara setelah kesepakatan diumumkan, Bennett menyatakan bahwa akan tetap ada di perusahaan dan karyawan akan mendapat manfaat darinya. Saat itu dia mengaku akan berjuang menghapus prioritas investor, sehingga karyawan akan mendapat untung dari dolar pertama yang masuk. “Saya merekomendasikan semua perusahaan teknologi melakukan hal yang sama, itu memotivasi karyawan dan penting bagi mereka,” tutur Bennett saat itu.
Setelah menjual Cyota, salah satu pendiri startup itu bersama Naftali Bennett, Michal Tsur Shalev mendirikan perusahaan pembuatan dan distribusi video Kaltura. Perusahaan itu IPO dengan penilaian setidaknya US$ 1 miliar.