TEMPO.CO, Jakarta - Analisis baru sampel darah dari 24.000 orang Amerika Serikat yang diambil awal tahun lalu menunjukkan bahwa virus corona muncul pada Desember 2019, beberapa minggu sebelum kasus pertama kali diketahui oleh pejabat kesehatan. Analisis ini merupakan studi terbaru dan terbesar yang telah dilakukan.
Analisisnya disebut masih belum pasti, dan beberapa ahli tetap skeptis, tapi pejabat kesehatan setempat memperkirakan waktu di mana sejumlah kecil infeksi Covid-19 mungkin telah terjadi di Amerika sebelum dunia menyadari virus berbahaya ada di Cina.
Peneliti utama tim imunologi virus pernapasan dari Centers for Disease Control and Prevention, Natalie Thornburg, menerangkan bahwa studi itu cukup konsisten. Dia berspekulasi, mungkin benar ada kasus yang sangat langka dan sporadis di Amerika lebih awal dari yang disadari.
“Tapi itu tidak meluas dan tidak menyebar sampai akhir Februari," kata Thornburg, peneliti utama tim imunologi virus pernapasan CDC, seperti dikutip Medical Xpress, Rabu, 16 Juni 2021.
Hasil tersebut menggarisbawahi perlunya negara-negara untuk bekerja sama dan mengidentifikasi virus yang baru muncul secepat dan sekolaboratif mungkin.
Pandemi virus corona muncul di Wuhan, Cina, pada akhir 2019. Secara resmi, infeksi Amerika pertama yang diidentifikasi adalah seorang pelancong—seorang pria di negara bagian Washington yang kembali dari Wuhan pada 15 Januari 2020 dan mencari bantuan di sebuah klinik pada 19 Januari.
Pejabat CDC mengatakan itu menjadi awal mulai wabah di Amerika tiba selama tiga minggu dari pertengahan Januari hingga awal Februari. Namun, penelitian sejak itu—termasuk beberapa yang dilakukan oleh CDC—telah menyarankan sejumlah kecil infeksi terjadi lebih awal.
Sebuah studi yang dipimpin CDC yang diterbitkan pada Desember 2020 menganalisis 7.000 sampel dari sumbangan darah Palang Merah Amerika menunjukkan bahwa virus tersebut menginfeksi beberapa orang Amerika pada awal pertengahan Desember 2019.
Studi yang dilakukan Thornburg itu diterbitkan Selasa, 15 Juni 2021, di jurnal Clinical Infectious Diseases, yang merupakan bagian dari tim peneliti di National Institutes of Health. Penelitian ini menjadi bagian dari studi jangka panjang yang disebut "All Of Us" yang berupaya melacak 1 juta orang Amerika selama bertahun-tahun untuk mempelajari kesehatan.
Seperti penelitian CDC, para peneliti ini mencari antibodi dalam darah yang diambil sebagai bukti infeksi virus corona, dan dapat dideteksi paling cepat dua minggu setelah seseorang terinfeksi pertama kali.
Para peneliti mengatakan tujuh peserta penelitian—tiga dari Illinois, dan masing-masing satu dari Massachusetts, Mississippi, Pennsylvania, dan Wisconsin—terinfeksi lebih awal daripada kasus Covid-19 yang dilaporkan di negara bagian tersebut. “Salah satu kasus Illinois terinfeksi pada malam Natal,” kata Keri Althoff, profesor di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, yang juga penulis studi tersebut.
Mungkin sulit untuk membedakan antibodi yang menetralkan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, dari antibodi yang melawan virus corona lain, termasuk beberapa yang menyebabkan flu biasa. Para peneliti menggunakan beberapa jenis tes untuk meminimalkan hasil positif palsu, tapi beberapa ahli mengatakan masih ada kemungkinan kasus positif 2019 mereka adalah infeksi oleh virus corona lain dan bukan jenis pandemi.
Pakar dinamika penyakit dari Harvard University, William Hanage, mengatakan, meskipun sangat masuk akal bahwa virus itu masuk ke Amerika jauh lebih awal dari biasanya, itu tidak berarti bahwa ini adalah bukti yang cukup kuat, “untuk mengubah cara kita berpikir tentang ini.”
Para peneliti belum menindaklanjuti dengan peserta penelitian untuk melihat apakah ada yang bepergian keluar dari Amerika sebelum infeksi mereka. Tetapi mereka merasa perlu dicatat bahwa ketujuh orang itu tidak tinggal di atau dekat New York City atau Seattle, di mana gelombang pertama kasus Amerika terkonsentrasi. "Pertanyaannya adalah bagaimana, dan di mana, virus corona itu berkembang biak," kata Althoff menambahkan.
MEDICAL XPRESS | CLINICAL INFECTIOUS DISEASES
Baca:
Tips dari Para Ahli Agar Tidak Tertular Covid-19 Varian Baru