TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok ilmuwan melaporkan bahwa vaksin mRNA Moderna dan sebuah kandidat vaksin berbasis protein menghasilkan respons antibodi penetralisir pada bayi kera yang tahan lama terhadap SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
Studi itu juga menyebutkan bahwa tidak ada efek samping yang muncul dalam pra-uji klinis yang bisa menjadi penelitian awal pencarian vaksin Covid-19 untuk bayi manusia.
Penelitian tersebut dilakukan oleh beberapa ilmuwan, di antaranya profesor mikrobiologi dan imunologi dari University of North Carolina, Kristina De Paris, Ketua Departemen Pediatri di Weill Cornell Medicine, Sallie Permar, a penulis pendamping Carolina Garrido dari Duke University, dan Alan Curtis dari University of North Carolina.
Penelitian mereka diterbitkan pada Rabu, 15 Juni 2021 di Science Immunology, yang menunjukkan bahwa respons antibodi penetralisir yang kuat yang ditimbulkan oleh vaksin pada 16 bayi kera rhesus bertahan selama 22 minggu. “Kami sedang melakukan studi tahun ini untuk lebih memahami potensi perlindungan jangka panjang dari vaksin,” ujar mereka, seperti dikutip Medical Xpress, Rabu.
De Paris, yang juga merupakan anggota UNC Children's Research Institute, menjelaskan, tingkat antibodi kuat yang dia amati sebanding dengan apa yang telah terlihat pada kera dewasa. “Meskipun dosisnya 30 mikrogram, bukan 100 mikrogram dosis dewasa," tutur De Paris.
Dengan vaksin Moderna, De Paris dan tim juga mengamati respons sel T kuat yang spesifik, yang diketahui penting untuk membatasi keparahan penyakit.
Untuk mengevaluasi vaksinasi SARS-CoV-2, para peneliti mengimunisasi dua kelompok dari delapan bayi kera rhesus pada usia 2,2 bulan dan 4 minggu kemudian di Pusat Penelitian Primata Nasional California. Setiap hewan menerima satu dari dua jenis vaksin: versi praklinis dari vaksin mRNA Moderna atau vaksin berbasis protein yang dikembangkan Pusat Penelitian Vaksin dari Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID).
Vaksin tersebut memiliki bahan pembantu dari 3M yang merangsang sel melalui reseptor seperti tol 7 dan 8. Bahan pembantu ini diformulasikan dalam emulsi oleh Infectious Disease Research Institute (IDRI).
Vaksin mRNA memberikan instruksi ke tubuh untuk menghasilkan protein permukaan virus, protein Spike. Vaksin tidak memasuki nukleus, tidak mempengaruhi DNA, dan tidak bertahan di dalam tubuh.
Sebaliknya, vaksin akan menginstruksikan sel untuk membuat protein Spike dan sel kekebalan, mengembangkan antibodi dan respons imun lainnya. Vaksin NIAID adalah protein Spike itu sendiri, yang dikenali oleh sistem kekebalan dengan cara yang sama—mirip dengan vaksin Novavax, yang dilaporkan minggu ini sangat efektif dan aman.
Kedua vaksin menghasilkan antibodi penetral IgG yang besar terhadap SARS-CoV-2 dan respons sel T spesifik protein Spike -IL-17, IFN-g, dan TNF. Ini disebut T helper 1 respon imun. Yang penting, vaksin tidak menimbulkan respons T helper tipe 2, yang dapat merusak kemanjuran dan keamanan vaksin pada bayi.
Respons semacam itu dapat melawan respons imun terhadap virus. Tanggapan T helper 2 telah menghambat pengembangan vaksin pada anak kecil, terutama untuk Respiratory Syncytial Virus (RSV) yang umum.
De Paris akan memeriksa bukti respons T helper 2, seperti IL4, dalam plasma darah semua kera untuk memastikan tidak ada vaksin yang menghasilkan respons seperti itu. “Kami perlu terus mempelajari ini, tetapi sejauh ini kami belum melihat bukti tentang ini,” tutur dia.
Pengujian vaksin pada anak kecil saat ini sedang berlangsung, seperti yang dianjurkan oleh American Academy of Pediatrics. Menurut Permar, vaksin untuk bayi kemungkinan menjadi hal yang penting dan aman untuk membatasi penyebaran virus tersebut.
“Kita tahu anak-anak dapat menularkan virus kepada orang lain, baik mereka sakit akibat infeksi SARS-CoV-2 atau tetap tanpa gejala,” ujar Permar, yang juga seorang dokter anak.
Selain itu, banyak anak menjadi sakit dan bahkan meninggal karena infeksi, dan lebih banyak lagi yang terkena dampak negatif dari langkah-langkah yang dilakukan untuk menghentikan penyebaran. “Dengan demikian, anak-anak kecil berhak mendapatkan perlindungan dari Covid-19,” ujar Permar.
MEDICAL EXPRESS | SCIENCE IMMUNOLOGY
Baca:
Tips dari Para Ahli Agar Tidak Tertular Covid-19 Varian Baru