Di belakang Idris dan warga desa Papagarang adalah Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Benenain Noelmina NTT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Bersama-sama mereka berharap imbal balik dari bukit yang sudah mulai hijau itu, yakni sumber air bersih untuk generasi berikutnya di Pulau Papagarang.
“Setiap hari saya harus memeriksa pohon-pohon diatas lahan 75 hektare (Ha) guna memastikan pohon aman, atau tidak dimakan kambing,” kata Idris.
BPDASHL menyiapkan 82,4 ribu anakan pohon Kedondong Hutan untuk luas wilayah penanaman 75 hektare di Papagarang. Nilai seluruh program Rehabilitasi Hutan dan Lahan di pulau itu selama tiga tahun sejak masa tanam 2019 lalu adalah sebesar Rp 1,2 milliar. Program itu sekaligus ajang uji coba rehabilitasi hutan dan lahan reboisasi intensif 1.100 batang per hektare.
Kedondong Hutan (Spondias Pinnata) dipilih karena dianggap cocok dengan kondisi tanah berbatu. Kedondong Hutan juga jenis endemik sehingga sesuai dengan kriteria kawasan konservasi yang tidak menginginkan ada jenis tanaman lain yang non lokal tumbuh di bukit itu.
Penanaman dilakukan dengan spesifikasi stek batang 1,5 meter dan diameter minimal 10 sentimeter agar mampu beradaptasi dengan baik. "Belum pernah ada yang lakukan uji coba pola penanaman di daerah seperti ini, betul-betul berbatuan," kata Kepala BPDASHL Benain Noelmina NTT, Abdul Halim Majid.
Dia menerangkan, rehabilitasi hutan dan lahan di Papagarang semakin penting karena laju erosi selama ini yang cukup tinggi. Dengan sumber air bersih sendiri dan lahan yang produktif, Abdul Halim pun memberanikan bermimpi lebih jauh: Papagarang bisa bergabung menjadi daerah destinasi wisata baru, tak kalah dengan para tetangganya.
Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) memantau kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Pulau Papagarang, Manggarai Barat, NTT, Sabtu 12 Juni 2021. (TEMPO/YOHANES SEO)
Tentu saja bukan tanpa penghalang. Pelaksana lapangan, Ali Haji Sumarto, mengungkapkan bahwa tantangan terbesar dari program rehabilitasi hutan dan lahan itu ada pada pola distribusi dari tempat persamaian hingga lokasi tanam. Mendatangkan air, pupuk dan bibit atau anakan pohon, jadi tantangan tersendiri karena harus didatangkan dari daratan Flores ke Labuan Bajo.