TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi memperingatkan bahwa menonton pertandingan sepak bola, termasuk Euro 2020, dapat menyebabkan serangan jantung. Dasar dari pernyataan tersebut adalah hasil studi yang menganalisis pasien di rumah sakit di Jerman selama Piala Dunia 2014 di Brasil, dan menemukan kasus serangan jantung meningkat lebih dari lima persen selama turnamen.
Studi itu dilakukan oleh ahli jantung dari Johannes Gutenberg University of Mainz, Karsten Keller. Dia berharap studi yang dilakukannya dapat mendorong rumah sakit untuk bersiap menghadapi Euro 2020 dengan menyediakan staf dan tempat tidur tambahan selama pertandingan besar.
Dalam studi tersebut, tim membandingkan penerimaan dan kematian di rumah sakit akibat serangan jantung di empat periode waktu, yaitu selama Piala Dunia dari 12 Juni-13 Juli 2014 dan selama tiga periode tanpa acara sepak bola besar, dari 12 Juni-13 Juli 2013, dari 12 Juni-13 Juli 2015 dan antara 14 Juli hingga 14 Agustus 2014.
Meskipun tidak ada perbedaan jumlah pasien serangan jantung di rumah sakit selama bulan Juni dan Juli tahun 2011 sampai 2015, jumlah rawat inap tertinggi ada pada tahun 2014. “Hal itu terkait dengan jumlah yang lebih tinggi masuk rumah sakit untuk serangan jantung,” ujar Keller, seperti dikutip Daily Mail, Kamis, 17 Juni 2021.
Ada total 18.479 pasien selama 31 hari Piala Dunia—sekitar seribu lebih dari 17.482 pasien di 31 hari berikutnya setelah gelaran selesai. Jumlahnya meningkat 5,4 persen karena emosi yang memuncak pada penggemar, menyebabkan lonjakan hormon pembekuan darah.
Serangan jantung di Piala Dunia juga 3,7 dan 2,1 persen lebih tinggi dari 17.794 pasien pada 2013 dan 18.089 pasien pada 2015. Di mana pada tahun tersebut merupakan waktu sebelum dan sesudah Piala Dunia.
“Menonton sepak bola di acara besar seperti Piala Dunia atau Kejuaraan Eropa disertai dengan kegembiraan, tetapi juga dapat menyebabkan kemarahan yang berkontribusi terhadap terjadinya serangan jantung,” kata dia.
Keller menyarankan penggemar dengan penyakit arteri koroner yang diketahui untuk tidak terlalu terluka atau frustrasi, karena mereka akan sangat rentan. Selain itu, kata dia, pasien dengan gejala khas serangan jantung mungkin akan menunggu terlalu lama untuk datang ke ruang gawat darurat ketika berada di rumah menonton pertandingan.
Menggali lebih dalam temuan itu, para peneliti menemukan bahwa kematian tertinggi di rumah sakit diamati pada hari final, ketika Jerman mengalahkan Argentina 1-0 di perpanjangan waktu. Tingkat kematian akibat serangan jantung juga meningkat dari delapan menjadi 12 persen pada hari itu.
Menurut Keller, ini mungkin berkontribusi pada asumsi beberapa pasien dengan gejala serangan jantung yang khas menunggu terlalu lama di rumah sebelum menelepon ambulans atau datang ke rumah sakit. “Karena waktu adalah kuncinya, mereka mungkin datang terlambat, dan angka kematian meningkat.”
Apakah menonton olahraga dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau tidak telah diperdebatkan oleh para ahli kesehatan selama bertahun-tahun. Tiga tahun lalu, sebuah penelitian oleh para ilmuwan Kanada menyarankan menonton tim sepak bola meningkatkan risiko serangan jantung yang berpotensi fatal.
Penggemar klub-klub sukses seperti Liverpool dan Manchester City lebih rentan dibandingkan para pendukung abadi seperti West Brom dan Stoke City. Tetapi penelitian lain gagal mengkonfirmasi hubungan antara acara olah raga penting dan penyakit kardiovaskular akut.
Studi terbaru di Scientific Reports adalah yang paling definitif hingga saat ini karena berfokus pada salah satu tim sepak bola paling sukses di dunia. Keller menjelaskan: “Utamanya, sepak bola adalah olahraga paling populer di Jerman.”
Secara keseluruhan, lebih dari 34,5 juta orang Brasil menonton Piala Dunia 2014 di TV—sekitar setengah dari populasi. Menurut Keller, temuan ini menunjukkan peningkatan tekanan mental dari acara olah raga besar dan populer seperti Piala Dunia mempengaruhi terjadinya kejadian kardiovaskular. “Ini bisa menginformasikan cara perencanaan kapasitas rumah sakit pada saat potensi peningkatan stres,” tutur Keller.
Penyakit kardiovaskular adalah pembunuh nomor satu di dunia—terhitung seperlima dari kematian di Eropa dan Amerika Serikat. Keller menerangkan, hasil penelitiannya menunjukkan peningkatan yang kuat dan substansial dalam jumlah total serangan jantung selama Piala Dunia 2014 dibandingkan dengan periode perbandingan 31 hari yang sama.
Sebuah studi yang lebih kecil dari departemen darurat rumah sakit di Bavaria Jerman 2006 mengidentifikasi tren yang sama. Serangan jantung di Inggris juga meningkat seperempat setelah anak asuh Alan Shearer kalah adu penalti dari Argentina di Prancis 1998.
“Karena tim Jerman tidak dikalahkan di Brasil 2014 dan memenangkan kejuaraan, kami tidak dapat membedakan antara hari pertandingan dengan kekalahan dan kemenangan,” katanya menambahkan.
Namun, Keller berujar, penelitiannya menunjukkan sesuai dengan sebagian besar penelitian bahwa acara sepak bola Piala Dunia merupakan pemicu kuat serangan jantung yang tidak boleh diremehkan. Sementara alasan hubungan tersebut masih belum jelas, para peneliti menyarankan bahwa mungkin ada penjelasan biologis.
Hormon yang dilepaskan selama stres mempengaruhi fungsi sel, menyebabkan pembekuan yang memotong darah ke jantung. “Pelepasan hormon stres mungkin berkontribusi pada pecahnya plak akut diikuti pembentukan bekuan darah di pembuluh darah—yang mengakibatkan serangan jantung,” ujar Keller lagi.
Sebuah studi selama final antara Spanyol dan Belanda di Afrika Selatan 2010 menemukan peningkatan tajam kadar testosteron dan kortisol pada penggemar. “Menonton Brasil 2014 merupakan pemicu terjadinya serangan jantung,” Keller menegaskan.
Pertandingan terakhir dengan kemenangan tipis dari Jerman disertai dengan kematian tertinggi di rumah sakit sepanjang Piala Dunia. Data Keller dapat membantu menemukan cara yang lebih baik untuk merencanakan kapasitas rumah sakit, yang penting untuk memberikan kapasitas yang cukup pada titik waktu yang tepat untuk memenuhi tantangan perawatan kesehatan yang sangat besar di masa depan.
Keller dan tim mengaku tidak terkejut dengan hasil studi itu. “Kami akan menyarankan penggemar sepak bola untuk hadir tepat waktu di rumah sakit, jika ada gejala khas serangan jantung dan tidak menunggu akhir pertandingan.”
DAILY MAIL | SCIENTIFIC REPORT
Baca:
Video Viral Matahari Terbit di Utara, Kenapa LAPAN Bilang Wajar?