TEMPO.CO, Jakarta - Peluang terinfeksi Covid-19 berkurang tajam pada jarak 21 hari setelah vaksinasi suntikan yang pertama. Sekalipun masih tertular, peluang infeksinya bergejala juga lebih kecil pada orang-orang yang telah divaksin ketimbang pada mereka yang belum mendapatkan vaksin sama sekali.
Hasil analisis terbaru ini dirilis di Inggris oleh UK Office for National Statistics (ONS). Mereka berlandaskan sampel orang dewasa penerima vaksin Covid-19 hingga periode 31 Mei 2021.
Kantor Statistik itu menduga masih adanya peningkatan risiko terinfeksi pada hari-hari setelah suntikan vaksin dosis pertama, yang memuncak sekitar hari ke-16. Setelahnya, risiko berkurang tajam hingga sekitar satu bulan berselang dari suntikan itu, dan setelahnya lagi pengurangan risiko melandai namun stabil.
"Tingkat infeksi pascavaksinasi bagaimanapun sangat rendah," bunyi keterangan yang disampaikan.
Dari sampel sebanyak 297.493 orang dewasa yang telah divaksin yang dikumpulkan itu, sebanyak setengah persen ditemukan mengalami re-infeksi virus corona Covid-19. Angka setengah persen itu berasal dari rata-rata 0,8 persen di antara mereka yang menerima vaksin Pfizer dan 0,3 persen di antara penerima vaksin AstraZeneca.
Dari sampel terdiri dari 210.918 orang dewasa yang telah menerima dosis vaksin-vaksin itu secara lengkap (dua kali suntik), hanya 0,1 persen yang diketahui mengalami re-infeksi. "Beberapa yang terinfeksi kembali ini mungkin juga telah tertular sebelum vaksinasi atau terpapar di lokasi vaksinasi," bunyi keterangan dari Kantor Statistik itu menambahkan.
Hasil analisis ini dipublikasi bersamaan dengan analisis lain yang menyebut kalau penularan Covid-19 di seluruh Inggris telah kembali meningkat secara eksponensial. Penyebabnya, penularan dari mereka yang non lansia yang memang belum seluruhnya mendapatkan vaksinasi, dan terutama mereka yang berada di kelompok umur yang memang belum mendapatkan vaksin.
Hasil dari hampir 110 ribu tes swab di negara itu antara 20 Mei dan 7 Juni dalam studi ini menyebut kasus baru Covid-19 bertambah dua kali lipat setiap 11 hari, dengan setidaknya satu dari 670 warga yang terinfeksi. "Ini jelas berita buruk," kata anggota tim penelitinya, Steven Riley dari Imperial College London.
Perkembangan terkini dari Inggris Raya, kasus baru Caovid-19 didominasi oleh infeksi virus varian Delta atau yang berasal dari India sebesar 99 persen. Varian ini telah hampir mengambil alih sepenuhnya penularan varian baru lainnya, Alpha.
Adam Finn, anggota Komite Bersama Vaksinasi dan Imunisasi di Inggris, menegaskan kalau varian Delta memiliki tingkat infeksi lebih tinggi daripada Alpha. "Sialnya, dia juga berpeluang lebih besar menyebabkan Anda harus dirawat di rumah sakit," kata dia.
Seorang pria berjalan di peron di stasiun kereta Waterloo pada jam sibuk pagi hari karena pembatasan penyakit virus corona (COVID-19) semakin dilonggarkan di seluruh negeri, London, Inggris, 19 Mei 2021. [REUTERS / Toby Melville]
Berdasarkan survei tes swab oleh Kantor Statistik Nasional, ada tambahan 119 ribu kasus baru Covid-19 di negara itu sepanjang 5-12 Juni lalu. Jumlahnya meningkat dari 110 ribu dari sepekan sebelumnya. Sedang jumlah kasus yang dilaporkan sepanjang Kamis, 17 Juni, lalu tercatat yang tertinggi untuk kasus baru harian sejak Februari lalu, yakni sebesar 11.007 kasus.
"Yang bisa agak melegakan adalah laju kasus yang harus dirawat di rumah sakit tidak secepat peningkatan kasus infeksinya," kata Finn lagi sambil menambahkan upaya pemerintah Inggris menahan laju-laju itu dengan program vaksinasi.
NEW SCIENTIST
Baca juga:
Video Viral Matahari Terbit dari Utara, BMKG: Sedih