TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno Berita Hari Ini berasal dari topik artikel yang bervariasi. Pemuncaknya adalah soal potensi dan kendala bertani porang. Menurut menteri pertanian, dalam delapan bulan pertama komoditas jenis umbi itu bisa menghasilkan Rp 40 juta per hektare, delapan bulan kedua Rp 80 juta, dan delapan bulan ketiga bisa sampai Rp 200 juta.
Terpopuler kedua hari ini adalah rencana kuliah tatap muka di kampus UGM Yogyakarta yang tak goyah oleh lonjakan kasus Covid-19 saat ini. Rencana kegiatan belaja mengajar secara bauran itu telah disosialisasikan kepada aparat desa secara luring dan daring, pada Kamis 17 Juni 2021.
Terakhir, berita terkini Covid-19 global. Di antaranya adalah Cina yang mengumumkan telah memberikan suntikan vaksin Covid-19 ke satu miliar dalam upaya pencegahan pandemi. Angka tersebut paling besar di dunia dalam program vaksinasi saat ini.
Berikut Top 3 Tekno Berita Hari Ini, Senin 21 Juni 2021, selengkapnya,
1. Panen Porang Disebut Sampai Rp 200 Juta per Hektare, Petani: Bibit Mahal
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkap hasil menjanjikan dari komoditas yang sedang booming, porang. Menurutnya, dalam delapan bulan pertama komoditas jenis umbi itu bisa menghasilkan Rp 40 juta per hektare, delapan bulan kedua Rp 80 juta, dan delapan bulan ketiga bisa sampai Rp 200 juta.
Syahrul menjadikan porang sebagai contoh dalam arahan yang diberikannya untuk pemerintahan di daerah-daerah, Sabtu 19 Juni 2021. Dia mengatakan pemimpin daerah harus bisa merancang konsep pembangunan pertanian secara terukur dan tepat sasaran.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kiri) berbincang dengan Direktur Utama PT Asia Prima Konjac Pin Haris saat meninjau pabrik pengolah porang, di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis 17 Juni 2021. Menteri Pertanian Syahrul melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Madiun antara lain meninjau pabrik pengolah porang PT Asia Prima Konjac dan bertemu petani porang. ANTARA FOTO/Siswowidodo
Ada tiga arahan pengembangan sektor pertanian yang disampaikannya yakni konsolidasi antarpemimpin daerah, merancang konsep tepat guna serta memanfaatkan penggunaan alat mesin pertanian, dan yang terakhir, mampu menghitung komoditas apa saja dalam memenuhi kebutuhan pasar ekspor.
2. Terapkan Kuliah Tatap Muka, UGM Sebut Akan Ada Mahasiswa yang Balik ke Kos
UGM tetap berencana menjalankan kuliah tatap muka sebagian pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022 mendatang. Kuliah tatap muka ini dijalankan dengan sejumlah persyaratan. Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan akan menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah yang terbaru ihwal pelaksanaan kuliah tatap muka. Seperti diketahui, saat ini kasus covid-19 melonjak di banyak daerah, tidak terkecuali di Yogyakarta.
Selama pandemi COVID-19, institusi pendidikan memutar otak, mencari solusi agar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tetap maksimal. Salah satunya dengan pembelajaran kombinasi atau bauran antara luar jaringan atau luring dengan dalam jaringan atau daring. Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) tengah menggodok rencana KBM bauran untuk semester ganjil Tahun Ajaran 2021/2022 mendatang.
Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
Persiapan demi persiapan dilakukan. Berkoordinasi bersama berbagai pihak, seperti aparat desa di sekitaran kampus. KBM Bauran telah disosialisasikan kepada aparat desa secara luring dan daring, pada Kamis 17 Juni 2021.
3. Berita Terkini Covid-19 Global: Semiliar Dosis Vaksin di Cina, Setengah Juta Kematian di Brasil
Cina mengumumkan telah memberikan suntikan vaksin Covid-19 ke satu miliar dalam upaya pencegahan pandemi. Angka tersebut paling besar di dunia dalam program vaksinasi saat ini.
“Tonggak sejarah vaksin Cina datang setelah jumlah suntikan yang diberikan secara global melewati 2,5 miliar pada hari Jumat, 18 Juni 2021,” menurut hitungan sumber resmi, seperti dikutip Medical Xpress, Minggu, 20 Juni 2021.
Pekerja melakukan pengemasan vaksin COVID-19 di fasilitas pengemasan pembuat vaksin Cina Sinovac Biotech di Beijing, Cina, 24 September 2020. REUTERS/Thomas Peter
Tetapi upaya vaksinasi raksasa Asia itu awalnya dimulai dengan lambat setelah perjuangan yang berhasil melawan virus meninggalkan sedikit rasa urgensi untuk disuntik. Kurangnya transparansi dan skandal vaksin sebelumnya juga menyebabkan resistensi di antara banyak warga.