TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyebutkan Covid-19 varian Delta, yang pertama kali diidentifikasi di India, termasuk dalam jenis varian yang tercepat dan terkuat dalam penyebarannya. Lembaga itu memperingatkan bahwa virus itu akan menyerang orang-orang yang rentan, termasuk wilayah dengan tingkat vaksinasi Covid-19 yang rendah.
Direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO, Mike Ryan, menjelaskan varian Delta berpotensi menjadi lebih mematikan karena lebih efisien dalam cara penularan antarmanusia. “Yang akhirnya akan menemukan individu-individu yang rentan, yang akan menjadi sakit parah, harus dirawat di rumah sakit, dan berpotensi meninggal,” ujar dia, seperti dikutip CNBC, Senin, 21 Juni 2021.
Ryan meminta agar para pemimpin dunia dan pejabat kesehatan masyarakat dapat membantu orang yang paling rentan melalui donasi dan distribusi vaksin Covid-19. "Kita dapat melindungi orang-orang yang rentan itu, para pekerja garis depan itu," kata Ryan.
WHO mengatakan Jumat, 18 Juni, bahwa Delta menjadi varian dominan penyakit di seluruh dunia, dan mengkategorikannya sebagai varian of concern bulan lalu. Sebuah varian yang diberi label "perhatian" jika terbukti lebih menular, lebih mematikan, atau lebih resisten terhadap vaksin dan perawatan saat ini.
Delta sekarang menggantikan Alpha, varian yang sangat menular yang melanda Eropa dan kemudian Amerika Serikat awal tahun ini. Studi menunjukkan Delta sekitar 60 persen lebih mudah menular daripada Alpha—yang lebih menular daripada jenis asli yang muncul dari Wuhan, Cina, pada akhir 2019.
"Kita perlu memvaksinasi sekarang. Upayakan semua orang divaksinasi sekarang," tutur Paul Offit, Director Vaccine Education Center, di Children's Hospital of Philadelphia, Amerika.
Delta kini telah menyebar ke 92 negara, ujar Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk Covid-19. Varian itu sekarang membuat setidaknya 10 persen dari semua kasus baru di Amerika, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dan sedang dalam perjalanan untuk menjadi varian dominan di negara ini.
Inggris juga baru-baru ini melihat Delta menjadi strain dominan di sana, melampaui varian aslinya Alpha, yang pertama kali terdeteksi di negara itu. Varian Delta sekarang membuat lebih dari 60 persen kasus baru di Inggris.
Pejabat WHO lainnya mengatakan ada laporan bahwa varian Delta juga menyebabkan gejala yang lebih parah, tapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi kesimpulan tersebut. Namun, ada tanda-tanda strain Delta dapat memicu gejala yang berbeda dari varian lainnya.
Ryan menambahkan bahwa varian Delta khusus ini akan memilih yang lebih rentan daripada varian sebelumnya. “Oleh karena itu jika ada orang yang dibiarkan tanpa vaksinasi, mereka tetap berada pada risiko lebih lanjut," kata Ryan.
WHO juga telah mendesak negara-negara kaya, termasuk Amerika untuk menyumbangkan dosis vaksin Covid-19. Pemerintahan Joe Biden pada Senin pagi merinci ke mana ia akan mengirim 55 juta dosis vaksin, yang sebagian besar akan didistribusikan melalui COVAX, program imunisasi yang didukung WHO.
Maria Van Kerkhove, Ketua Tim Teknis WHO untuk Covid-19, menerangkan, vaksin-vaksin yang sudah ada sangat efektif melawan penyakit parah dan kematian. Untuk itulah vaksin itu dimaksudkan, dan untuk itulah perlu digunakan. "Inilah yang telah dianjurkan oleh COVAX dan WHO dan semua mitra kami, bahwa vaksin ini menjangkau orang-orang yang paling berisiko,”tutur Van Kerkhove.
CNBC | REUTERS
Baca:
Pakar Sebut Mutasi Virus Covid-19 Menggila Karena Diprovokasi, Apa Maksudnya?