TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi observasional baru mulai mengevaluasi respons imun vaksin Covid-19 yang diberikan kepada ibu hamil atau pasca persalinan. Para peneliti akan mengukur perkembangan dan daya tahan antibodi terhadap SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, pada orang yang divaksinasi selama kehamilan atau dua bulan pertama pasca persalinan.
Studi itu dilakukan oleh peneliti dari National Institutes of Health (NIH), Amerika Serikat. Mereka akan menilai keamanan vaksin dan mengevaluasi transfer antibodi yang diinduksi vaksin ke bayi melalui plasenta dan air susu ibu atau ASI. Studi yang disebut MOMI-VAX ini disponsori dan didanai oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), bagian dari NIH.
Direktur NIAID Anthony S. Fauci mengatakan puluhan ribu orang hamil dan menyusui di Amerika memilih untuk menerima vaksin Covid-19 yang tersedia di bawah otorisasi penggunaan darurat. “Namun, kami kekurangan data klinis prospektif yang kuat tentang vaksinasi pada populasi ini,” ujar dia, dalam laman resmi NIH, Rabu, 23 Juni 2021.
Orang hamil dengan Covid-19 lebih mungkin dirawat di rumah sakit, dirawat di unit perawatan intensif, membutuhkan ventilasi mekanis, atau meninggal karena penyakit itu daripada rekannya yang tidak hamil. Covid-19 yang parah selama kehamilan juga dapat menempatkan bayi pada risiko komplikasi seperti kelahiran prematur.
Individu yang sedang hamil atau menyusui dapat memilih untuk menerima vaksin Covid-19 resmi, dan studi untuk mengumpulkan data keamanan dalam populasi ini sedang berlangsung. Sejauh ini, vaksin Covid-19 tampaknya aman pada populasi ini.
Studi NIAID akan meningkatkan pemahaman tentang respons antibodi terhadap vaksin Covid-19 di antara orang hamil dan pasca persalinan, serta transfer antibodi ke bayi mereka selama kehamilan atau melalui ASI. Pengalaman dengan penyakit lain menunjukkan, transfer antibodi yang diinduksi vaksin dari ibu ke bayi dapat membantu melindungi bayi baru lahir dari Covid-19 selama awal kehidupan.
“Hasil penelitian akan mengisi kesenjangan pengetahuan dan membantu menginformasikan rekomendasi kebijakan dan pengambilan keputusan pribadi tentang vaksinasi Covid-19 selama kehamilan dan pada masa nifas,” kata Fauci.
Penyelidik akan mendaftarkan hingga 750 individu hamil dan 250 individu pasca melahirkan dalam waktu dua bulan setelah melahirkan yang telah menerima atau akan divaksin Covid-19 yang dilisensikan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA). Bayi mereka juga akan didaftarkan dalam penelitian ini.
Vaksin tidak diberikan kepada peserta sebagai bagian dari protokol penelitian. Saat ini tiga vaksin Covid-19 tersedia di Amerika di bawah otorisasi penggunaan darurat: vaksin mRNA Moderna dan Pfizer-BioNTech, serta vaksin vektor adenoviral Johnson & Johnson. Studi ini dirancang untuk menilai hingga lima jenis vaksin Covid-19 yang dilisensikan atau disahkan FDA, jika opsi tambahan tersedia.
Ibu dan bayi mereka akan diikuti selama tahun pertama setelah melahirkan. Untuk menilai perkembangan dan daya tahan antibodi yang diinduksi vaksin secara keseluruhan dan berdasarkan jenis vaksin serta platform vaksin, peneliti akan menganalisis sampel darah yang dikumpulkan dari peserta hamil dan pasca persalinan.
Sampel ini akan dikumpulkan pada saat pendaftaran studi; saat persalinan bagi peserta yang mendaftar selama kehamilan; dan dua, enam, 12 bulan setelah melahirkan. Peserta hamil yang terdaftar dalam penelitian sebelum menerima vaksin akan diambil darahnya pada saat pendaftaran serta sekitar satu bulan setelah vaksinasi.
Peneliti juga akan menilai efek potensial pada respons imun ibu dan transfer antibodi melalui plasenta sesuai dengan usia ibu, trimester kehamilan saat vaksin diterima, kesehatan ibu, dan status risiko Covid-19 pada ibu. Selain itu, ibu akan memiliki pilihan untuk memberikan sampel ASI pada sekitar dua minggu, dua bulan, enam bulan, dan 12 bulan setelah melahirkan.
Para peneliti akan mengevaluasi antibodi ASI untuk menilai potensi perlindungan terhadap Covid-19 pada bayi yang disusui. Staf studi juga akan mengumpulkan informasi tentang penyakit Covid-19 pada peserta hamil dan pasca persalinan, hasil kelahiran dan neonatal, serta penyakit Covid-19 pada peserta bayi.
Pekerjaan ini dipimpin oleh peneliti utama Flor M. Munoz dari Baylor College of Medicine di Houston dan Richard H. Beigi dari University of Pittsburgh Medical Center. Studi ini akan dilakukan di hingga 20 lokasi penelitian klinis di seluruh negeri.
NIH
Baca:
Ramai Obat Ivermectin untuk Covid-19, Ini Imbauan Guru Besar FKUI