TEMPO.CO, Jakarta - Satu kelompok manusia purba, berdasarkan studi fosil, diketahui pernah hidup di wilayah yang kini didiami bangsa Israel selama ratusan ribu tahun. Tak pernah dikenal sebelumnya, kelompok ini sempat hidup berdampingan dengan manusia modern, dan keduanya diduga telah berinteraksi dan saling belajar keterampilan satu sama lain.
Tim penelitinya meyakini jenis manusia purba yang baru ditemukan itu adalah nenek moyang Neanderthal (Homo neanderthalensis), yang belakangan menjelajah benua Eropa dan Asia Barat. Jika apa yang diyakini para peneliti itu benar, berarti Neanderthal berkembang dari Asia Barat, bukan asli Eropa seperti yang selama ini diduga banyak ahli.
Fosil sisa-sisa dari manusia purba atau kerabat manusia itu ditemukan di Nesher Ramla di Israel, dalam sebuah tambang milik sebuah pabrik semen. Situs arkeologis dalam tambang itu segera diproteksi untuk memungkinkan identifikasi dan ekskavasi dilakukan pada 2010 dan 2011 lalu. "Situs itu sendiri kini telah hilang," kata Israel Hershkovitz dari Tel Aviv University, Israel, anggota tim.
Fosil yang ditemukan terdiri dari tengkorak bagian atas dan tulang rahang yang hampir utuh. Mereka meyakini tulang-tulang itu berasal dari individu yang sama meski belum jelas kelaminnya karena sebagian besar tulang-tulang yang bisa membedakannya tak ditemukan. "Tapi kami bisa katakan ini adalah dewasa muda berdasarkan gigi-giginya," kata Rachel Sarig, anggota tim peneliti, juga dari Tel Aviv University.
Sedimen di mana tulang-tulang itu ditemukan diketahui berasal dari masa 140-120 ribu tahun lalu. Itu mendekati periode kemunculan nenek moyang manusia di Afrika, saat mereka sudah melakukan invasi ke luar: spesimen Homo sapiens dari masa 210 ribu tahun lalu telah ditemukan di Yunani, dan sebuah populasi kelihatannya lebih mapan ada di wilayah Israel yang berasal dari masa setidaknya 177 ribu tahun yang lalu.
Tapi, H. sapiens bukanlah satu-satunya kerabat manusia: Eropa dan Asia Barat adalah rumah bagi Neanderthal, sementara Asia Timur menjadi rumah kelompok yang masih berkerabat yang disebut Denisovan.
Untuk mencari tahu dari kelompok yang mana pemukim di Nesher Ramla, tim penelitinya memperbandingkan bentuk tulang yang ditemukan dengan sisa-sisa milik spesies-spesies kerabat manusia itu. Mereka menuang hasil studinya ini dalam jurnal Science yang terbit 25 Juni 2021.
Situs ekskavasi Nesher Ramla di Israel. dok.Israel Hershkovitz
"Sangat mudah untuk mengatakan kalau ini bukanlah Homo sapiens,” kata Hila May, anggota tim peneliti dari kampus yang sama. "Tengkoraknya rendah dan rata, ketimbang lengkung dan tinggi. Tulang rahangnya juga minim dagu yang menjadi karakter dari spesies kita."
Tapi, ciri-ciri itu juga tak mudah untuk disamakan dengan kelompok kerabat manusia yang lain. Untuk beberapa bagian fosil tulang rahang, misalnya, mirip dengan Neanderthal tapi untuk bagian yang lain lebih mirip dengan kerabat manusia yang hidup lebih awal di zaman prasejarah.