TEMPO.CO, Jakarta - University of Oxford, Inggris, bersama AstraZeneca mulai menggelar uji klinis fase baru menggunakan vaksin Covid-19 AZD2816 per Minggu, 27 Juni 2021. Ini adalah vaksin AstraZeneca hasil modifikasi dengan 'spesifikasi' baru yang diharapkan lebih efektif melawan Covid-19 varian Beta.
Uji klinis yang langsung melangkah ke fase II/III itu melibatkan sebanyak 2250 peserta di Inggris, Afrika Selatan, Brasil, dan Polandia. Satu dosis AZD2816 akan diberikan kepada mereka yang sudah menerima dosis lengkap (dua kali suntik) vaksin AstraZeneca, atau vaksin Covid-19 lainnya yang dikembangkan dengan teknik mRNA (Pfizer dan Moderna).
Syaratnya, pemberian harus sudah berjarak setidaknya tiga bulan sejak suntikan vaksin terakhir yang pernah diterimanya.
Apabila peserta studi belum pernah menerima suntikan vaksin Covid-19 sebelumnya, AZD2816 akan diberikan sebanyak dua dosis atau dua kali suntikan. Dosis diberikan berjarak empat atau 12 minggu satu sama lain. Apabila peserta sudah pernah menerima vaksin Covid-19 sebelumnya, apakah itu AstraZeneca atau Pfizer atau Moderna, vaksin AZD2816 akan diberikan satu dosis saja untuk melengkapi dosis vaksin sebelumnya.
Vaksin baru AZD2816 ini didesain menggunakan platform virus vektor adenoviral yang sama yang dikembangkan tim peneliti Oxford. Bedanya ada sedikit perubahan genetik terhadap protein paku yang kini disesuaikan dengan yang dimiliki SARS-CoV-2 varian Beta. Varian B.1.351 ini pertama kali menyebar dari Afrika Selatan dan dikenal mampu meliuk dari antibodi tubuh.
"Menguji dosis booster dari vaksin yang sudah ada dan vaksin varian baru penting untuk memastikan kita benar-benar siap dan tetap berada lebih di depan daripada pandemi virus corona, untuk antisipasi kalau memang dibutuhkan," kata Profesor Sir Andrew J. Pollard, direktur dan ketua tim peneliti di Oxford Vaccine Group di University of Oxford.
Maheshi Ramasamy, peneliti utama di Oxford Vaccine Group, menilai program pelaksanaan vaksin di Inggris Raya telah sukses besar meredam angka rawat inap rumah sakit dan kematian pasien Covid-19. Masalahnya, dia menambahkan, tidak tahu diketahui sampai kapan proteksi yang dibangkitkan oleh vaksinasi akan bertahan.
“Studi ini akan menyediakan bukti penting apakah dosis tambahan termasuk dosis vaksin yang hasil modifikasi untuk melawan virus varian baru akan dibutuhkan untuk masa depan," katanya.
Studi itu, dijelaskannya, bertujuan mengukur respons tubuh terhadap Covid-19 varian Beta menggunakan vaksin yang baru. Juga untuk lebih memahami penyakit itu dan efek sampingnya untuk kesehatan. Data awal dari uji klinis diharapkan sudah bisa didapat pada akhir tahun ini.
Sementara, studi awal, skala kecil, telah dilakukan oleh tim peneliti di Oxford dengan menambahkan vaksinasi AstraZeneca hingga tiga kali suntikan. Hasilnya, orang-orang yang menerima dosis ketiga vaksin itu mampu meningkatkan respons imun mereka melawan Covid-19, termasuk melawan yang varian Alpha, Beta dan Delta.
Studi itu, yang belum menjalani peer review, hanya melibatkan 30 partisipan. Kepada mereka disuntikkan dosis ketiga vaksin AstraZeneca dengan jaraknya dari suntikan yang kedua sependeknya enam bulan.
NEW SCIENTIST | UNIVERSITY OF OXFORD
Baca juga:
Membanding-bandingkan Agresivitas Covid-19 Varian Baru, Ini Datanya