TEMPO.CO, Jakarta - Upaya penyelamatan dilakukan berpacu dengan waktu di lokasi terjangan longsor dahsyat di Atami, Prefektur Shizuoka, Jepang, sepanjang Minggu hingga Senin, 4-5 Juli 2021. Dari semula diperkirakan 20 orang, kini jumlah orang yang masih hilang bertambah menjadi 80.
Kekhawatiran berkembang karena hujan lebat diprediksi masih akan mengguyur kota resor di lereng gunung yang menghadap Samudera Pasifik di Jepang bagian tengah, 100 kilometer arah barat daya Tokyo, itu. Hujan lebat pula yang telah memicu longsor dan melahirkan tsunami lumpur bercampur batu, puing, dan pepohonan pada Sabtu pagi, sekitar pukul 10.30 waktu setempat.
Sedikitnya 130 rumah dan bangunan lain ikut tersapu dan rusak akibat bencana longsor tersebut. Sebanyak 25 orang yang sudah berhasil diselematkan hingga Senin petang ini, termasuk tiga orang dalam kondisi luka-kuka. Sedang korban tewas yang telah ditemukan sebanyak empat orang.
Pejabat setempat mengatakan kawasan yang terdampak terdata dihuni 215 jiwa. Hingga hari ini, yang sudah diketahui keberadaannya baru 135.
Militer Jepang dikerahkan untuk mendukung petugas pemadam kebakaran dan kepolisian di Atami. Mereka terdiri dari tiga kapal penjaga pantai dan enam drone yang mendukung ratusan personel. Mereka dikerahkan untuk mencari di antara berton-ton lumpur dan puing di lokasi di Distrik Izusan.
Wali Kota Atami, Sakae Saito, menyerukan kepada setiap anggota dalam satuan gugus tugas yang dibentuk mengerahkan semua upaya bisa ke luar dari krisis. Dia memperingatkan akan adanya bencana susulan yang harus dihindari sesuai prediksi cuaca yang menyebut akan turun hujan intensitas tinggi susulan.
Menurut perkiraan Badan Meteorologi Jepang, hujan lebat diperkirakan masih berlanjut berdasarkan analisis massa udara hangat yang membentuk fron hujan dan pusat tekanan rendah di wilayah itu. Per Sabtu lalu, atau empat hari pertama di bulan Juli, curah hujan sudah terukur melebihi rata-rata angka total sepanjang Juli.
Potensi hujan lebat yang masih mungkin terjadi dan bahkan berdampak lebih luas memicu kehawatiran longsor susulan menjelma dari tanah yang sudah jenuh di beberapa lokasi. Secara keseluruhan, Badan Meteorologi Jepang memperingatkan warga setempat untuk menaikkan kewaspadaan untuk kemungkinan longsor, banjir bandang, dan luapan sungai.
Gubernur Shizuoka, Heita Kawakatsu, mendatangi lokasi yang diyakini longsor pertama terjadi pada Sabtu lalu. Dia menduga hujan lebat telah menggerus dasar dari urukan tanah yang masif di sebuah situs konstruksi sebelum kemudian membuatnya tergelincir menuruni lereng.
Laporan media setempat, situs itu adalah kawasan pembangunan perumahan yang sudah ditinggalkan karena operatornya yang kehabisan modal.
ASAHI | NHK | AP
Baca juga:
6 Fakta Gempa Jepang dari Zona Megahtrust yang Disangka Picu Tsunami