TEMPO.CO, Jakarta - Survei serologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) mengungkap bahwa 44,5 persen penduduk DKI Jakarta pernah terinfeksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Dari angka tersebut, sebanyak 57,4 persen yang terinfeksi tidak terdeteksi dan tidak bergejala.
Dalam acara virtual, peneliti dari FKM UI, Pandu Riono menjelaskan, kasus infeksi yang tidak terdeteksi dan memiliki gejala ada 34 persen. “Yang terdeteksi dan tak bergejala hanya 4,9 persen, dan yang terdeteksi dan bergejala, 3,8 persen,” ujar dia, Selasa malam, 13 Juli 2021.
Deteksi yang dimaksud Pandu adalah pengakuan responden apakah pernah didiagnosis positif Covid-19. Jumlah responden yang terkumpul ada 4.919 atau 98,4 persen dari target awal sebanyak 5.000 orang.
Responden tersebar di 100 kelurahan di enam wilayah (5 kota dan 1 kabupaten) di DKI Jakarta. Pengumpulan data dan spesimennya dilakukan mulai dari 15-31 Maret 2021, dan deteksi antibodi virus menggunakan tes tetracore-luminex yang cukup akurat.
Menurut kelompok umur, kasus infeksi Covid-19 di Jakarta yang tidak bergejala sebagian besar terjadi pada kelompok umur muda, yaitu 1-14 tahun 70,8 persen, dan 15-49 tahun 62,6 persen. Sementara usia di atas 50 tahun sebanyak 55,7 persen. “Dan dari yang terinfeksi, sebagian besar tidak terdeteksi, paling tinggi pada anak,” tutur Pandu.
Secara keseluruhan, penelitian Dinas Kesehatan Provinsi, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, dan CDC Indonesia itu, melaporkan, kasus infeksi di Jakarta menyebar ke berbagai usia, mulai dari balita hingga 60 tahun ke atas. Perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, dengan persentasi masing-masing 47,9 persen dan 41 persen laki-laki.
Pandu juga menyebutkan dari total penduduk Jakarta sebanyak 10,6 juta orang dan prevalensi pernah terinfeksi 44,5 persen, artinya jumlah penduduk yang pernah terinfeksi sebanyak 4.717.000 orang. Sementara kumulatif kasus terlaporkan per 31 Maret 2021 adalah 382.055 kasus, artinya proporsi kasus yang terdeteksi hanya 8,1 persen.
“Proporsi kasus yang tidak terdeteksi sebanyak 91,9 persen. Deteksi kasus Covid-19 di Jakarta masih sangat rendah,” ujar dia, Selasa malam, 13 Juli 2021.
Kepala Bidang Penanganan Kesehatan dari Satgas Penanganan Covid-19, Alexander K. Ginting, menjelaskan, banyaknya infeksi yang tidak bergejala dalam studi itu, berarti tidak menunjukkan perburukan secara klinis. Hal itu, disebut Alex, sesuai dengan tidak terlalu tingginya Keterisian Tempat Tidur (BOR) di rumah sakit.
“Artinya pengendalian infeksi yang terjadi, tidak terdeteksinya infeksi, sudah transmisi di komunitas dan tidak menimbulkan gejala. Sehingga tidak muncul di rumah sakit,” katanya.
Menurut Alex, hal itu tidak mencerminkan 3T atau pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment) yang sudah dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. “Padahal testing di Jakarta sudah melebihi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ini harus dievaluasi,” tutur Alex. Standar testing dari WHO adalah 1:1000 penduduk per pekan.
Baca:
Covid-19 di Jakarta, Studi FKM UI: 91,9 Persen Kasus Tidak Terdeteksi