TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena matahari di atas Ka'bah merupakan fenomena di mana semua bayangan akan mengarah kepada satu arah yaitu ka'bah. Sehingga fenomena tersebut menjadi saat yang sangat tepat untuk menentukan arah kiblat sebagai arah ummat Islam untuk melaksanakan salat yang terjadi setiap tahunnya.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau LAPAN menyatakan fenomena matahari di atas Ka'bah merupakan deklinasi matahari bernilai sama dengan lintang geografis Ka'bah yang menyebabkan matahari berada tepat di atas Ka'bah saat tengah hari.
Berdasarkan informasi yang dirilis LAPAN, puncak fenomena matahari di atas Ka'bah terjadi pada pukul 09.26.42 waktu Saudi atau 16.26.42 Waktu Indonesia Barat (WIB).
"Pada momen ini, masyarakat khususnya umat Islam dapat memanfaatkannya untuk mengecek kembali arah kiblat yang tepat, yakni dengan meletakkan tongkat kayu secara vertikal di tanah" tulis LAPAN sebagaimana yang dikutip Tempo dari laman resmi lapan.go.id pada Rabu, 14 Juli 2021.
Hingga saat ini, penentuan arah kiblat dicbeberapa masjid di Indonesia masih belum akurat. Nah, cara terbaik yang dapat dilakukan untuk menentukan arah kiblat yaitu di saat matahari berada di atas Ka'bah dengan melihat bayangan tongkat tegak lurus dengan pangkal tongkat.
Namun, tidak jarang penentuan arah kiblat berdasarkan fenomena Matahari di atas Ka'bah mendapatkan kendala. Misalnya kondisi cuaca berawan sehingga obyek tidak dapat diamati sehingga bayangan objek tidak dapat diamati dengan jelas.
Tetapi untuk mengatasi hal tersebut, salah satu cara yang lazim digunakan yaitu dengan menggunakan bantuan kompas. Yaitu meletakkan kompas tersebut pada daerah yang datar, kemudian letakkan kompas pada permukaannya. Setelah itu baca kompas sesuai dengan nilai arah setelah dikoreksi deklinasi magnetik.
SABAR ALIANSYAH PANJAITAN
Baca juga: Matahari di Atas Ka'bah, Ini Penjelasan Peneliti LAPAN