TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak lebih dari 93 ribu orang meninggal karena overdosis obat di Amerika Serikat sepanjang tahun lalu. Meningkat hampir 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah kematian itu adalah yang tertinggi dalam catatan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) selama ini.
Sejumlah institusi menyebut kenaikan didorong oleh prevalensi mematikan dari obat opioid (pereda nyeri atau penghilang rasa sakit) jenis fentanyl yang meningkat bersamaan dengan stressor pandemi Covid-19 dan problem-problem dalam akses layanan kesehatan.
"Ini adalah angka kematian karena overdosis obat tertinggi yang pernah dicatat dalam periode tahunan, dan lonjakan terbesar sejak setidaknya 1999 lalu," kata Direktur National Institute on Drug Abuse, Nora Volkow, seperti dikutip dari NPR, Rabu 14 Juli 2021.
Angka 93 ribu itu masih sementara karena beberapa pemerintah negara bagian masih melaporkan angkanya ke Pusat Statistik Kesehatan Nasional di CDC. Adapun sepuluh negara bagian telah memprediksi mengalami peningkatan kasus kematian karena overdosis obat sedikitnya 40 persen dibandingkan setahun sebelumnya. Mereka adalah Vermont, Kentucky, South Carolina, West Virginia, Louisiana, California, Tennessee, Nebraska, Arkansas dan Virginia.
Volkow, yang lembaganya menjadi bagian dari National Institutes of Health, menyebut data itu 'mengerikan'. Menurutnya, itu adalah isyarat yang berbeda bahwa pandemi Covid-19 dan krisis opioid bersama-sama menggergaji negara itu dengan efeknya masing-masing yang mematikan.
Baca Juga:
"Periode sekarang ini telah begitu luar biasa tak menentu dan penuh tekanan hingga kita melihat peningkatan konsumsi obat, kesulitan dalam mengakses perawatan yang bisa menyelamatkan nyawa untuk kasus penggunaan obat yang tidak normal, dan lonjakan tragis dalam kematian karena kasus overdosis," kata Volkow.
Brandon Marshall, epidemiolog dari Brown University, yang juga meneliti tren overdosis obat-obatan jelas menyebut kalau pandemi Covid-19 telah sangat memperparah krisis epidemi overdosis di Amerika Serikat. Lockdown dan pembatasan-pembatasan kegiatan masyarakat telah ikut mengisolasi mereka yang kecanduan obat-obatan.
Dampaknya adalah, "Sebuah kehilangan jumlah nyawa yang sangat besar," kata Marshall.
Data CDC menunjukkan, rentang usia 35-44 tahun terhitung yang terbanyak menjadi korban meninggal dalam kasus tersebut. Jika dibandingkan, kematian karena overdosis obat sebesar seperempat angka kematian karena Covid-19 sepanjang 2020 yang mencapai 375 ribu orang.
Sedang angka sementara 93.331 itu juga meningkat tajam dari 72.151 angka perkiraanya pada 2019. Pada 2020, kematian akibat penggunaan opioid sendiri--69.710 kasus--hampir menyamai total kematian overdosis obat pada 2019. Peningkatan pada 2020 juga disumbang kematian karena obat lain seperti methamphetamine dan kokain.
Volkow menegaskan kalau sistuasinya sudah darurat bagi Pemerintahan Amerika Serikat dan institusi di dalamnya untuk memperluas akses ke perawatan orang-orang yang menderita kelainan penggunaan obat.
Menurut CDC, sebelum 2016, lebih banyak warga Amerika meninggal karena overdosis heroin per tahunnya daripada opioid sintentis yang kuat seperti fentanyl. Tapi sejak itu komposisinya berbalik. Sebagai contoh, tahun lalu, sekitar 57 ribu orang meninggal karena opioid sintetis (umumnya fentanyl) berbanding sekitar 13 ribu karena overdosis heroin.
Fentanyl mirip dengan morfin--tapi ini, "50-100 kali lebih kuat," kata National Institute on Drug Abuse. Dikembangkan pertama untuk pasien penyakit seperti kanker, obat ini marak dijual di pasar gelap. Penggunaannya juga kerap ditemukan dipecah dan dijadikan campuran dengan obat ilegal lain termasuk kokain.
NPR | USA TODAY
Baca juga:
Kapal Perang Amerika Cegat Narco Subs, Kapal Selam Kartel Narkoba