TEMPO.CO, Jakarta - Varian Delta Covid-19 sudah menjadi dominan di berbagai negara. Data epidemiologi periode 28 Juni-4 Juli dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyebutkan bahwa kini varian itu telah menyebar di 104 negara di dunia.
Namun, belum selesai dengan varian Delta, varian baru yang dinamai varian Delta Plus muncul. Varian yang juga dikenal sebagai B.1.617.2.1 atau AY 1 ini menjadi sub varian baru yang menarik perhatian komunitas medis, karena memiliki mutasi yang memungkinkan virus menyerang sel paru-paru dengan lebih baik dan berpotensi lolos dari vaksin.
WebMD, pekan lalu melaporkan Delta Plus telah ditemukan di Amerika Serikat, Inggris, dan hampir selusin negara lain. Sementara India—tempat pertama kali varian ini diidentifikasi pada Februari—telah melabeli varian itu sebagai “variant of concern”, sedang Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) dan WHO belum.
Lalu, apa perbedaan varian Delta dan Delta Plus? Perbedaan utamanya adalah mutasi tambahan pada protein spike yang disebut K417N. Dikutip Medical News Today, mutasi juga hadir dalam varian lain, jadi kemungkinan itu bukan sumber kekhawatiran baru.
Namun, CNN melaporkan bahwa sama seperti Delta, Delta Plus disebut-sebut 40-60 persen, bahkan ada yang menyatakan 100 persen lebih ganas dari varian Alpha atau varian Kent—varian yang pertama kali diidentifikasi di Inggris.
Mutasi protein spike-nya memungkinkan untuk bereplikasi lebih cepat dan lebih baik menyusup ke sel-sel paru-paru yang mereka sukai. Menurut penelitian terbaru di India, hal itu yang terjadi di sana, dan menjadi bagian penyebab gelombang Covid-19 yang pada puncaknya membuat kematian 4.000 orang dalam sehari.
Selain itu, satu mutasi Covid-19 pada akhirnya dapat menemukan cara untuk mengurangi efektivitas tindakan pencegahan, tapi saat ini vaksin Pfizer dan Astra-Zeneca masih cukup ampuh. Bahkan vaksin yang ada saat ini disebut 100 persen efektif melawan penyakit parah dan kematian dari semua jenis Covid-19 saat ini
Secara keseluruhan, Delta Plus telah dilaporkan di 11 negara, tapi jumlah kasus per negara hanya mencerminkan sampel yang telah diurutkan, dan lebih banyak data diperlukan untuk menentukan tingkat penyebaran yang sebenarnya. Amerika telah mengurutkan dan mengkonfirmasi jumlah kasus tertinggi sejauh ini, dengan 83 kasus pada 16 Juni lalu.
WEBMD | FIRST COAST NEWS | CNN | ABC NEWS
Baca:
Varian Lambda Menyebar di Amerika Latin, Seberapa Bahayanya Dibanding Delta?