TEMPO.CO, Bandung - Duet peneliti farmasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Tokyo Institute of Technology membuat antibiotik superior. Ilma Nugrahani dan Hidehiro Uekusa meracik struktur padatan baru dengan menggunakan dua metode, yaitu penguapan pelarut dan pengikatan secara mekano-kimia. Penelitian sejak 2019 itu ditargetkan rampung sekitar 1-2 tahun lagi.
Menurut Ilma, pembuatan antibiotik dengan kinerja superior itu ditempuh melalui perubahan struktur kristal padatannya. Mereka meningkatkan performa fisikokimia bahan baku obat dan kemungkinan daya serap obat antibiotik oleh tubuh.
Tahap farmasetika merupakan salah satu penilaian kinerja obat, yang dilihat dari pecahnya sediaan obat, dan melarutnya bahan obat di dalam lambung atau usus. “Faktor itu dipengaruhi oleh struktur fisika dan kimia padatan obat,” katanya, Kamis 5 Agustus 2021.
Tahap lain adalah biofarmasi, yaitu bagaimana obat bisa diserap dari lambung atau usus ke pembuluh darah. Penentunya adalah sifat kelarutan dan kemampuan obat melewati membran lambung atau usus. Tim riset menggunakan metode pembuatan sistem multikomponen (Multicomponent Compound Engineering) didukung dengan karakterisasi dan analisis padatan obat.
Kelebihan dari sistem multikomponen tersebut adalah lebih larut sehingga lebih cepat diabsorpsi baik oleh sistem tubuh maupun sel bakteri. “Selain itu, sistem multikomponen tersebut menunjukkan stabilitas fisika dan kimia serta kerja antimikroba yang lebih baik,” ujar dosen Sekolah Farmasi di Kelompok Keahlian Farmakokimia ITB itu.
Proyeksi pemanfaatan modifikasi antibiotika golongan flurokuinolon itu untuk berbagai penyakit infeksi mikroba di saluran pencernaan, saluran napas, saluran urine, kulit, dan sebagainya. Dikaitkan dengan infeksi virus, penggunaan antibiotika biasanya juga digunakan untuk mencegah infeksi ikutan oleh bakteri akibat turunnya pertahanan tubuh, seperti pneumonia dan infeksi saluran urine.
Target pengembangan struktur antibiotika itu agar memiliki kinerja dan efek superior dibandingkan bentuk asalnya, yang akan dibuktikan lebih lanjut lewat uji in vivo dan klinis. Saat ini tim riset telah sampai pada proses pengujian karakter fisikokimia dan aktivitas antimikroba. “Pengujian kelarutan dan efektivitas in vitro terhadap beberapa mikroba serta uji stabilitas obat,” katanya.
Tahap selanjutnya adalah uji klinis berupa pengujian ke hewan percobaan dan manusia untuk dapat dikembangkan lebih lanjut ke dalam suatu formula oleh para ahli formulasi sediaan obat. “Kami mengembangkan bahan bakunya,” kata Ilma.
Proses berikutnya yaitu menyiapkan obat antibiotik untuk skala produksi. Didanai oleh ITB dan pemerintah, tim masih berharap dukungan dari sponsor dan kerja sama dengan pihak industri guna mempercepat penelitian dan pemanfaatan hasilnya.
Baca:
Vaksin Covid-19, WHO Minta Jangan Dulu Bagikan Dosis Ketiga