TEMPO.CO, Jakarta - Untuk pertama kalinya, penyakit infeksi virus Marburg ditemukan di Afrika Barat. Kasusnya dilaporkan di Guinea sebelah selatan, atau tepatnya di Gueckedou—daerah yang kurang dari dua bulan lalu mendeklarasikan merebaknya wabah Ebola terbaru di negara itu yang menyebabkan 12 orang meninggal. Saat yang sama Guniea juga harus berhadapan dengan gelombang ketiga wabah Covid-19.
Kementerian Kesehatan Guinea mengungkapkan, kasus itu berasal dari seorang pasien laki-laki yang datang mencari pertolongan darurat di klinik lokal di Koundou, Gueckedou pada 25 Juli lalu. Kondisinya terus memburuk dengan gejala termasuk demam, sakit kepala, lemas, sakit perut dan gusi berdarah.
Pasien itu akhirnya meninggal pada 2 Agustus lalu. Sebuah laboratorium lapangan di Gueckedou mengumpulkan sampel dari jasad pasien dan laboratorium demam berdarah nasional Guinea mengkonfirmasi si pasien telah terinfeksi virus Marburg. Institut Pasteur di Senegal juga telah mengkonfirmasi hasil itu.
Dilukiskan WHO sebagai sebuah virus yang sangat infektif atau menular yang menyebabkan demam berdarah, Marburg berasal dari keluarga yang sama dengan virus Ebola. Upaya menghambat penyebarannya menjadi sangat bergantung kepada kemampuan otoritas dan pejabat kesehatan lokal di Guniea untuk dengan cepat mendeteksi setiap kemungkinan kemunculan kasus infeksi.
“Respons terhadap wabah sedang dibangun berdasarkan pengalaman Guinea menangani Ebola yang penularannya terjadi dengan cara yang sama,” kata Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika, Selasa 10 Agustus 2021.
Sebelum muncul di Guinea, wabah virus Marburg terakhir muncul di bagian lain di Afrika pada 2017, dengan tiga kasus terkonfirmasi positif. Seluruh tiga pasien itu meninggal. Pada 2005, wabah terbesar Marburg yang pernah tercatat terjadi di Angola dengan 329 orang akhirnya meninggal dari total 374 kasus.
Selain Angola, beberapa negara lain yang pernah melaporkan epideminya adalah Kongo, Kenya, Afrika Selatan, dan Uganda. Sementara vaksin dan beberapa opsi pengobatan kini sudah tersedia untuk Ebola, tidak halnya dengan Marburg. Perawatan yang diberikan sejauh ini termasuk rehidrasi dan mengobati setiap gejalanya yang spesifik.
Pemerintah Guinea mengatakan sedang bekerja dengan para mitranya untuk dengan cepat mengimplementasikan pelacakan kontak erat dengan pasien—sudah meninggal—itu. Harapannya bisa menemukan mereka yang sempat kontak dan dengan cepat memutus rantai penularan.
Mereka juga mengintroduksi edukasi publik dan membangkitkan kewaspadaan, seiring dengan ini adalah kali pertama penyakit infeksi virus tersebut ini terkonfirmasi di negara itu.
WHO mengatakan telah menempatkan satu tim pakar penyakit menular di Guinea selatan, dan memperkuat pemantauan lintas batas untuk bisa dengan cepat mendeteksi setiap kasusnya. Otoritas di negara tetangga pun sudah diminta bersiaga atas infeksi virus Marburg.
Gueckedou adalah memang daerah Guinea yang berbatasan dengan Sierra Leone dan Liberia. “Sistem kendali Ebola sudah diaktifkan di Guinea dan di negara tetangga krusial utuk respons darurat terhadap virus Marburg,” bunyi pernyataan WHO.
NEW SCIENTISTS, MEDICAL EXPRESS
Baca juga:
Vaksin Covid-19, WHO Minta Jangan Dulu Bagikan Dosis Vaksin Keitiga