TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization, ITAGI) Profesor Sri Rejeki Hadinegoro mengingatkan orang tua untuk mewaspadai efek samping pemberian vaksin Covid-19 pada anak. Efek samping atau kejadian ikutan pasca-imunisasi yang berlangsung lebih dari tiga hari berturut-turut setelah menerima suntikan harus segera diantisipasi.
"Efek samping yang sudah lebih dari tiga hari harus berobat, jangan didiamkan, sebab bisa saja terjadi hal lain yang tidak terpantau," kata Sri Rejeki Hadinegoro saat hadir secara virtual dalam agenda bincang-bincang di kanal YouTube ANTARA TV Indonesia, Kamis 12 Agustus 2021.
Sri mengatakan secara umum efek samping vaksinasi pada anak di kelompok usia 12 hingga 17 tahun hampir sama kejadiannya dengan kelompok dewasa, yakni terbagi menjadi dua. Pertama, efek samping lokal di tempat suntikan seperti seperti nyeri, bengkak, atau meninggalkan bercak merah yang disebut sebagai infeksi lokal.
Kedua, reaksi sistemik seperti demam, lemas, kepala pusing hingga diare yang umumnya juga akan hilang dalam satu hingga dua hari. "Kalau perlu, boleh meminum obat pereda panas, misalnya paracetamol," katanya.
Sri mengatakan, ITAGI bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan vaksinasi Covid-19 pada anak 12 hingga 18 tahun menggunakan inactivated vaccine jenis Sinovac ketimbang viral vector AstraZeneca. Alasannya, efek samping pemberian vaksin AstraZeneca relatif lebih kuat. Selain Vaksin Sinovac adalah jenis yang jumlahnya relatif tersedia di Indonesia.
Hal penting lain yang juga perlu dipertimbangkan dalam proses vaksinasi anak, menurut Sri Rejeki, adalah potensi komorbid atau penyakit bawaan. "Anak-anak juga banyak komorbidnya, seperti diabetes, jantung, penyakit ginjal hingga kanker itu sangat mudah tertular Covid-19," katanya.
Sejumlah anak memakai seragam sekolah saat antre untuk menjalani vaksinasi Covid-19 di Kantor Walikota Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa, 6 Juli 2021. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menargetkan 1,3 juta anak usia 12 tahun ke atas untuk disuntik vaksin Covid-19 guna mencapai herd immunity pada Agustus mendatang. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Sri menyarankan agak kelompok sasaran vaksinasi pada usia 12 hingga 17 tahun untuk konsultasi situasi komorbid kepada dokter sebelum menerima dosis vaksin. Misalnya, anak yang mengalami alergi terhadap Vaksin Covid-19 jenis tertentu. "Pastikan bahwa komorbidnya telah stabil. Kalau masih dalam pengobatan, konsultasikan kepada dokter," katanya.
Baca juga:
Macam-macam Vaksin Covid-19 dan Jarak Interval Suntikan Antar Dosisnya