TEMPO.CO, Malang — Sebanyak 13 alumni Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, menerima beasiswa doktor muda dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Satu dari 13 itu adalah Muhammad Andikha Yudha Harahap, alumni 2019 Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan, asal Subulussalam, kota kecil hasil pemekaran Kabupaten Aceh Singkil yang terletak di pesisir barat-selatan Provinsi Aceh.
Menurut Andikha, ia sedang berada di Subulussalam saat diumumkan menerima beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) batch VI tahun 2021 tersebut. Pengumuman berasal dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kemendikbudristek pada 14 Agustus 2021.
Program beasiswa PMDSU bermaksud mendidik dan membina seluruh penerima beasiswa, yang dinilai merupakan para sarjana unggul, menjadi doktor muda, dosen muda maupun peneliti berkualifikasi. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan jumlah sumber daya manusia unggulan Indonesia.
“Alhamdulillah. Secara nasional, yang mendaftar ribuan orang dari ratusan PTN (perguruan tinggi negeri). Tapi yang dapat beasiswa hanya 152 orang alumni dari 16 PTN (perguruan tinggi negeri) terbaik di Indonesia,” kata Andikha saat dihubungi Tempo, Rabu siang, 18 Agustus 2021.
Putra pasangan Alfian Gojali Harahap (almarhum) dan Diana boru Bancin ini mengatakan, menamatkan studi di SMA Negeri 1 Simpang Kiri, Kota Subulussalam, pada 2015. Kemudian Andikha diterima masuk Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya lewat jalur seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri atau SBMPTN pada 2016. Andikha mendapat beasiswa dari Bank Indonesia dan dua perusahaan swasta selama menjalani studi strata satu.
Anak kedua dari lima bersaudara itu mampu menyelesaikan pendidikan strata satu hanya dalam 3,5 tahun pada 2020. Dia di antaranya pernah menjadi finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional. Andikha saat ini sedang menjalani pendidikan magister Ilmu Ternak dengan konsentrasi nutrisi dan makanan ternak.
Andikha mengisahkan, beasiswa PMDSU diadakan tiap dua tahun dan melalui proses seleksi ketat dan panjang. Dibutuhkan waktu 3 bulan seleksi, mulai dari verifikasi administrasi berkas, wawancara, hingga penentuan penerima beasiswa.
Beasiswa PMDSU diberikan kepada sarjana unggul terbaik bangsa dengan tujuan mengakselerasi studi magister sekaligus doktor dalam kurun waktu 48 bulan atau 4 tahun (8 semester). Padahal, normalnya, durasi pendidikan magister 2 tahun dan pendidikan doktoral berdurasi 5 tahun alias total 7 tahun.
Menariknya lagi, Andikha menekankan, seluruh penerima beasiswa PMDSU harus berusia maksimal 23 tahun dan harus sanggup menyelesaikan pendidikan untuk jadi doktor muda dalam usia maksimal 27 tahun. Tidak boleh lebih. "Ini jadi kado Hari Kemerdekaan RI bagi saya dan kawan-kawan alumni UB dan saya yakin mampu menyelesaikannya tepat waktu,” ujar Andikha, pemuda kelahiran 25 Desember 1997.
Adapun jangka waktu pemberian beasiswa PMDSU batch VI terhitung mulai September 2021 sampai Agustus 2025. Pencairan beasiswa pertama dan tahun berikutnya dilaksanakan melalui kontrak kerja antara Direktorat Sumber Daya, Ditjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi dengan perguruan tinggi penyelenggara PMDSU batch VI masing-masing.
Nantinya, Andikha menerima semacam uang saku Rp 3,5 juta per bulan. Besaran biaya ini tergantung besaran biaya hidup di tiap kota. Ia juga mendapat pembebasan uang kuliah tunggal atau UKT sebesar Rp 8 juta per tahun, plus biaya penelitian Rp 60 juta per tahun.
Sesuai kontrak, saat ini Andikha dan kawan-kawan sedang fokus menyusun proposal penelitian untuk memenuhi rencana studi paripurna atau RSP yang sudah dibuat Osfar Sjofjan, Lektor Kepala Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya yang menjadi promotor alias pembimbing Andikha. Dosen promotor ini pun diseleksi dulu oleh Kemendikbudristek sehingga tiap penerima beasiswa mendapat promotor yang berbeda pula.
“Sepanjang yang saya tahu, alhamdulillah, saya jadi penerima beasiswa calon doktor muda PMDSU pertama dari Subulussalam," katanya.
Dia memohon dukungan agar mampu memanfaatkan beasiswa terbaru untuk menjadi putra daerah Subulussalam pertama yang bergelar doktor, "dan dengan pendidikan tinggi ini saya bisa ikut berkontribusi membangun dan memajukan kampung halaman saya, demi Aceh, dan demi Indonesia.”
Baca juga:
Cerita Remaja 16 Tahun Mahasiswa Baru Termuda ITB Tahun Ini