Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Fakta Lain Pohon Pisang Raksasa Musa ingens: Buah dan Belgia

Reporter

image-gnews
Pohon pisang Musa Ingens. phys.org/Rodrigo Cmara Leret
Pohon pisang Musa Ingens. phys.org/Rodrigo Cmara Leret
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, mengungkap fakta lain dari pohon pisang terbesar di dunia, Musa ingens, yang ada di pulau itu. Menurut dia, sekalipun besar, buah pisang jenis ini tak disukai masyarakat setempat. Alasannya, buah memiliki banyak biji.

Pisang Musa ingens, Hari mengatakan, oleh warga Papua hanya dimanfaatkan daunnya untuk atap rumah tinggal sementara di hutan, alas duduk, dan alas makanan. “Sedangkan pelepah untuk menyimpan hasil buruan atau hasil kebun,” ujar dia menambahkan.

Biji-biji dalam buah itulah yang biasa mengundang banyak burung datang ke pohonnya yang menjulang 25-30 meter, diameter mencapai dua meter, ini. Bandingkan dengan pohon pisang jenis umumnya yang hanya tumbuh 2-5 meter.

Interaksi alamiah yang terjadi dengan kawanan burung itu yang diyakini membantu pohon pisang ini bisa menyebar. “Pohon pisang raksasa tidak tumbuh berumpun atau sangat jarang ada tunas muncul dari bonggol,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat, yang juga Guru Besar Botani di Universitas Papua, Charlie Heatubun, kepada JUBI, pada 22 Agustus 2020 lalu.

Itu sebabnya pula Musa Ingens semakin terancam keberadaannya di habitatnya. Hanya mengandalkan perbanyakan dengan cara itu, pohon pisang ini—sekalipun raksasa—bukanlah tandingan dari deforestasi yang berjalan dengan cepat, termasuk kebakaran hutan. Hal ini seperti dinyatakan dari penelitian tim di International Musa Germplasm Transit Center yang berbasis di Leuven, Belgia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bank gen tanaman pisang itu telah mengumpulkan sebanyak 1.617 jenis pisang dari seluruh dunia dalam sebuah misi menyelamatkan keanekaragamannya dari kepunahan. Bukan hanya dari deforestasi, ancaman disebutkan datang dari hama dan penyakit serta perubahan iklim. "Pohon pisang liar mewakili kekayaan genetika di alam yang terabaikan," kata Sebastien Carpentier, penelitinya, seperti dikutip dari PHYSORG, November 2020. 

Pada tahun itu misi mereka itu mendarat di Papua Nugini dan mendapati di antaranya Musa Ingens. Dalam koleksi delapan jenis tanaman pisang yang berbeda yang berhasil dikumpulkan saat itu, ada pula pohon pisang Musa acuminate subspecies Banksii. Jenis ini juga berbeda dari buah pisang yang saat ini banyak tersedia di pasar atau supermarket karena di dalamnya mengandung biji-bijian yang cukup besar yang diyakini tak mudah untuk reproduksi secara alami.

Baca juga:
Fenomena Blue Moon Muncul Hari Minggu Ini, Apa Itu?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Yayasan Pusaka: Deforestasi di Papua Periode Januari-Februari 2024 Seluas 765,71 Ha

21 jam lalu

Peta Distrik Sarmi, Papua. google.com
Yayasan Pusaka: Deforestasi di Papua Periode Januari-Februari 2024 Seluas 765,71 Ha

Yayasan Pusaka mengidentifikasi deforestasi di Papua Januari-Februari 2024 seluas 765,71 Ha meski Indonesia mendapatkan dana dari komunitas global.


Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

1 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan seringkali tidak mendapatkan hak akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya di dalamnya.


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

2 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Gareth Southgate Soroti Pengaruh Kobbie Mainoo saat Timnas Inggris Imbang 2-2 Lawan Belgia

2 hari lalu

 International Friendly - England v Belgium - Wembley Stadium, London, Britain - March 26, 2024 England's Kobbie Mainoo in action with Belgium's Amadou Onana and Jeremy Doku Action Images via Reuters/Matthew Childs.
Gareth Southgate Soroti Pengaruh Kobbie Mainoo saat Timnas Inggris Imbang 2-2 Lawan Belgia

Manajer Timnas Inggris Gareth Southgate memuji penampilan Kobbie Mainoo dalam pertandingan melawan Belgia yang berakhir imbang 2-2 di Wembley Stadium.


Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

2 hari lalu

Uni Eropa menegaskan keinginan menolak komoditas yang dihasilkan dengan membabat hutan dan merusak lingkungan
Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

Sinarmas dan RGE disebut di antara korporasi penerima dana kredit dari Uni Eropa itu dalam laporan EU Bankrolling Ecosystem Destruction.


Tingkat Deforestasi Tinggi, Kawasan Hutan IKN Baru 16 Persen dari Target 65 Persen

3 hari lalu

Massa buruh membawa poster saat menggelar aksi di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa, 14 Maret 2023. Para buruh juga menuntut pemerintah untuk menghentikan obral tanah dan hutan untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). TEMPO/M Taufan Rengganis
Tingkat Deforestasi Tinggi, Kawasan Hutan IKN Baru 16 Persen dari Target 65 Persen

Kondisi hutan di IKN yang sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung masih jauh dari kondisi ideal.


Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

3 hari lalu

Lanskap situs megalitik Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat. Facebook/Danny Hilman Natawidjaja
Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

Arkeolog asal Singapura ini lega publikasi laporan penelitian situs Gunung Padang ditarik penerbit jurnal. Sebut kental pseudoarchaeological.


Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

4 hari lalu

Menhir situs megalitik Gunung Padang yang sudah terlilit akar di Desa Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

Dia mengaku nyaman-nyaman saja saat pertama mendengar kepastian laporan penelitian situs Gunung Padang dicabut publikasinya dari jurnal ilmiah.


Mungkinkah Minyak Makan Merah Beri Ancaman Deforestasi Baru? Peneliti BRIN: Belum Tentu Semua Suka

6 hari lalu

Presiden Jokowi melihat kemasan minyak makan merah setelah meresmikan pabriknya di Deli erdang, Sumut, 14 Maret 2024.  Foto: BPMI Setpres/Kris
Mungkinkah Minyak Makan Merah Beri Ancaman Deforestasi Baru? Peneliti BRIN: Belum Tentu Semua Suka

Minyak makan merah lebih murah dan bernutrisi. Pabrik pertama telah diresmikan Presiden Joko Widodo di Deli Serdang, 14 Maret 2024.


Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

7 hari lalu

Situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur. TEMPO/DEDEN ABDUL AZIZ
Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.