TEMPO.CO, Jakarta - Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) meminta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ristek Nadiem Anwar Makarim tidak memaksakan pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Alasannya, vaksinasi Covid-19 pada anak yang masih terhitung lambat.
Secara nasional, baru 9,6 persen anak usia 12-17 tahun yang sudah menerima dosis pertama vaksin dari sasaran 26.705.490 anak. Lebih sedikit lagi untuk yang sudah dua dosis.
“Data Kementerian Kesehatan per 19 Agustus 2021 menunjukkan baru 2,55 juta anak yang disuntik vaksin Covid-19 tahap pertama dan 1,16 juta anak mendapatkan dosis kedua. Artinya, meskipun sekolah di PPKM Level 1-3 tapi syarat vaksinasi anak belum terpenuhi,” ujar Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, Iman Zanatul Haeri, di Jakarta, Minggu 22 Agustus 2021.
Menurut Iman, vaksinasi Covid-19 untuk anak dan guru sebaiknya dituntaskan sebelum sekolah melaksanakan PTM terbatas. Saat ini, perbandingan siswa yang sudah divaksinasi dengan rombongan belajar atau jumlah siswa dalam kelas masih 10:100. Seandainya satu kelas terdiri dari 30 siswa, hanya 3 orang yang sudah divaksin.
“Perbandingan siswa yang sudah divaksinasi dengan yang belum masih sangat jauh. Jadi herd immunity di sekolah saja belum terbentuk. Tentu ini sangat membahayakan keselamatan anak," kata Sekretaris Nasional P2G, Afdhal.
P2G juga meminta Kemdikbudristek konsisten dengan kebijakannya yang telah membuat dasbor kesiapan belajar yang diisi sekolah. Data dasbor per Minggu, 22 Agustus 2021, menunjukkan 57,68 persen atau 309.709 sekolah dari seluruh Indonesia sudah mengisi daftar periksa.
Daftar sejatinya mendapat verifikasi faktual dari pemerintah daerah masing-masing sekolah. Karena, P2G berpendapat, belum tentu sekolah yang sudah mengisi dasbor benar-benar siap melakukan PTM dan membutuhkan verifikasi faktual.
“Jangan sampai Mendikbudristek memaksa membuka sekolah yang sejatinya belum siap infrastruktur dan sarana pendukung prokes. Sangat besar risikonya bagi keselamatan anak dan guru,” tutur Afdhal.
Seorang anak memakai seragam sekolah saat diperiksa tekanan darah sebelum menjalani vaksinasi Covid-19 di Kantor Walikota Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa, 6 Juli 2021. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menargetkan 1,3 juta anak usia 12 tahun ke atas untuk disuntik vaksin Covid-19 guna mencapai herd immunity pada Agustus mendatang. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Yang tak kalah penting diperhatikan Menteri Nadiem, menurut P2G, adalah angka positivity rate di wilayah sekolah berada. WHO menyebut aktivitas (termasuk sekolah) dapat berlangsung apabila positivity rate di bawah lima persen. Per Sabtu, 21 Agustus 2021 positivity rate di Indonesia masih tinggi, sebesar 14,4 persen.
P2G berharap kebijakan pendidikan tetap berpijak pada hak hidup, kesehatan, dan keselamatan anak, guru, serta tenaga kependidikan. Diingatkan pula, data menunjukkan 1 dari 8 pasien Covid-19 adalah usia anak. “Kemudian terdapat 1.244 guru meninggal akibat Covid-19.”
Sebelumnya, pada Jumat lalu, Menteri Nadiem menyatakan membolehkan anak yang belum divaksin untuk mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah. Dia juga menegaskan setiap sekolah di wilayah PPKM level 1-3 dapat menyelenggarakan PTM terbatas tersebut. Menurut Nadiem, kementeriannya saat ini merencanakan adanya sentra vaksinasi untuk mempercepat pemberian vaksinasi bagi pelajar.
Baca juga:
Menkes Budi Gunadi: 95 Persen Pasien Covid-19 Sembuh Jika Cepat Tertangani