TEMPO.CO, Jakarta - Studi kecil di Inggris melaporkan efek samping dari suntikan vaksin Covid-19 Pfizer terhadap anak berusia 12-15 tahun. Anak-anak itu sebelumnya disebut berisiko tinggi mengalami komplikasi akibat infeksi karena kondisi tertentu.
Hasil studi menjelaskan bahwa mereka benar cenderung mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), namun ringan hingga sedang dan bisa hilang dengan cepat. “Meskipun jumlah penelitiannya kecil, data tersebut mewakili remaja yang paling mungkin mendapat manfaat dari vaksinasi,” tertulis dalam studi itu, seperti dikutip dari Medical Xpress, Kamis 26 Agustus 2021.
Penelitian ini melibatkan 27 anak yang memiliki berbagai kondisi neurologis, termasuk distrofi otot dan palsi serebral. Ditambah, berbagai kondisi medis seperti epilepsi, cacat jantung bawaan, dan defisiensi imun, di mana mereka menerima berbagai jenis perawatan obat.
Efek samping yang dicatat orang tuanya dan dilaporkan, semuanya ringan hingga sedang. Pengecualian untuk satu anak yang mengalami kelelahan dan ketidaknyamanan yang parah, dikombinasikan dengan peningkatan agitasi. Satu keluarga juga melaporkan adanya jenis kejang yang berubah, meskipun ini hilang seminggu kemudian.
Secara keseluruhan, ada 8 kejadian ikutan pada 6 anak setelah dosis pertama, yang semuanya sembuh dalam 72 jam: ruam ringan, sakit kepala, diare, diduga sakit tenggorokan, sakit leher, kesulitan tidur, dan glukosa darah rendah. Setelah dosis kedua, 8 kejadian tambahan terjadi pada 5 anak: diare, muntah, pembengkakan ketiak, dan lecet di sekitar mulut.
Selain itu, studi yang diterbitkan di Archives of Disease in Childhood itu juga menerangkan, penggunaan parasetamol setelah dosis pertama tinggi dan demam lebih umum daripada yang dilaporkan dalam penelitian orang dewasa. Namun semua efek samping yang tercatat hilang dalam waktu seminggu.
Menurut para peneliti, studi ini memang jumlahnya kecil, tapi hasil datanya sangat penting, karena mewakili anak-anak yang paling mungkin mendapat manfaat dari vaksinasi. “Dan orang tua serta dokter mungkin memiliki kekhawatiran mengenai peningkatan risiko kejadian tak terduga," katanya.
Orang tua yang memilih vaksinasi dengan sedikit data keamanan yang tersedia, melakukannya karena mereka (dan dokter mereka) percaya bahwa anak-anaknya berisiko tinggi terkena penyakit Covid-19. Banyak yang merasa terlindungi dan merasa bahwa vaksinasi akan membuat perbedaan yang signifikan dalam hidup mereka.
Sebagai informasi, anak-anak yang sehat ketika terinfeksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, umumnya memiliki penyakit ringan, tapi ada beberapa kondisi neurologis yang dikaitkan dengan efek samping yang parah. Mereka yang berisiko tinggi ini perlu dilindungi untuk mengurangi risiko infeksi, dan tidak akan dimasukkan dalam studi keamanan vaksin awal, termasuk Pfizer.
BRITISH MEDICAL JOURNAL, MEDICAL XPRESS, ARCHIVES OF DISEASE IN CHILDHOOD
Baca juga:
Yang Perlu Diwaspadai Orang Tua saat Anak Disuntik Vaksin Covid-19