Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bolak Balik Disapu Tsunami Erupsi Gunung Krakatau, Ini Cerita dari Pulau Sebesi

image-gnews
Gunung Anak Krakatau mengeluarkan asap di Selat Sunda, Senin, 20 April 2015. Kegiatan vulkanik Gunung Anak Krakatau sejak lahir pada 1930 hingga 2000, telah mengalami erupsi lebih dari 100 kali, baik secara eksplosif maupun efusif. Dari beberapa letusan tersebut, umumnya titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya. Dok.TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Gunung Anak Krakatau mengeluarkan asap di Selat Sunda, Senin, 20 April 2015. Kegiatan vulkanik Gunung Anak Krakatau sejak lahir pada 1930 hingga 2000, telah mengalami erupsi lebih dari 100 kali, baik secara eksplosif maupun efusif. Dari beberapa letusan tersebut, umumnya titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya. Dok.TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sejarah mencatat erupsi Gunung Krakatau pada 27 Agustus 1883 atau 138 tahun lalu memicu tsunami besar. Yang paling baru, tsunami juga terjadi di Selat Sunda disebabkan aktivitas vulkanik Anak Krakatau pada 22 Desember 2018. Keduanya sama, menyapu Pulau Sebesi yang terletak hanya 20 kilometer dari Gunung Krakatau.

Peneliti Pusat Penelitian Kewilayahan LIPI, Devi Riskianingrum, membeberkan penelitiannya tentang Krakatau dalam Pandangan Masyarakat Sebesi: Antara Berkah dan Bencana. Menurut dia, setiap sapuan tsunami itu menyebabkan pulau lumpuh dan terisolasi. Hingga pada 2018 lalu pandangan masyarakat Pulau Sebesi pun berubah. 

“Dari yang awalnya menganggap aktivitas vulkanik sebagai hal yang biasa dan tidak membahayakan, menjadi membuat cemas atau khawatir,” ujar Devi dalam acara virtual mengenang peristiwa letusan Gunung Krakatau, Jumat, 27 Agustus 2021.

Devi mengungkapkan, masyarakat Pulau Sebesi sebelumnya mengamati geliat Anak Krakatau sebatas pertanda bahwa gunung itu hidup. Gunung api diakrabi karena dianggap tidak membahayakan, dan setiap geliat erupsi selayaknya ‘batuk’ pada anak manusia.

Namun, terlepas dari ketakutan yang mulai tumbuh, masyarakat Sebesi menolak meninggalkan tanah pulau kelahiran mereka tersebut. Satu di antara alasannya, selama ini Pulau Sebesi menjadi salah satu unggulan destinasi wisata bahari oleh Pemerintah Provinsi Lampung.

Suasana rumah rusak karena diterjang tsunami di Dusun Tiga Regahan Lada, Pulau Sebesi, Lampung Selatan, Minggu, 30 Desember 2018. Pascatsunami Selat Sunda, sebanyak 2.514 warga Pulau Sebesi terdampak telah dievakuasi meninggalkan rumah mereka ke posko pengungsian di Kalianda, Lampung Selatan. ANTARA

“Pantai yang memiliki pemandangan yang indah dan berhadapan langsung dengan Gunung Anak Krakatau yang terkenal aktif justru menjadi salah satu unggulan Sebesi,” tutur Devi.

Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, Herry Jogaswara, menerangkan, edukasi masyarakat dilakukan untuk memperkaya pengetahuan lokal, khususnya terkait Gunung Krakatau. Menurutnya, hal itu bisa dijadikan sebagai upaya mitigasi atu pengurangan risiko bencana.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Kondisi geografis menjadikan Indonesia berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor,” katanya. 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan erupsi Gunung Anak Krakatau di Lampung berlangsung hingga Sabtu pagi, 11 April 2020, berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Foto/Facebook/BNPB

Herry melanjutkan, pengelolaan bencana harus berbasis struktural dan non struktural. Struktural antara lain teknologi peringatan dini, alat pendeteksi bencana. Sedangkan, non struktural merupakan suatu pendidikan kebencanaan yang memberikan pertolongan pertama kali saat bencana itu terjadi.

Menurut Herry, masyarakat Indonesia yang berada di wilayah rawan bencana seperti di Pulau Sebesi dekat Gunung Krakatau harus diedukasi dan diberikan materi yang berkaitan dengan kebencanaan. “Pendidikan bencana ini juga sifatnya kontekstual dan harus selalu diperbarui,” ujar dia menambahkan.

Baca juga:
Peringatan BMKG: Tsunami Selat Sunda Bisa Menyapu sampai Pantai Jakarta

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gempa Bumi Tektonik M4,2 Terdeteksi di Bawean, Intensitas Getarannya III-IV MMI

21 jam lalu

Seismograf gempa bumi. ANTARA/Shutterstock/pri
Gempa Bumi Tektonik M4,2 Terdeteksi di Bawean, Intensitas Getarannya III-IV MMI

BMKG mendeteksi gempa di Bawean, Jawa Timur, pada Rabu siang, 24 April 2024. Dipicu pergerakan sesar lokal


BMKG Sebut Gempa M5,1 Pacitan Tidak Merusak dan Berbahaya

2 hari lalu

Peta Gempa Pacitan, 22 April 2024. X.COM/BMKG
BMKG Sebut Gempa M5,1 Pacitan Tidak Merusak dan Berbahaya

Gempa dipicu oleh sesat aktif dasar laut.


Gempa Getarkan Pacitan dan Banyak Wilayah Lain di Indonesia Sepanjang Hari Ini

2 hari lalu

Peta Gempa Pacitan, 22 April 2024. X.COM/BMKG
Gempa Getarkan Pacitan dan Banyak Wilayah Lain di Indonesia Sepanjang Hari Ini

Kebanyakan gempa memiliki Intensitas guncangan pada skala III MMI. Ada juga yang IV MMI. Simak data selengkapnya dari BMKG.


Gempa M4,9 di Laut Banda Mengguncang Maluku, Tidak Berpotensi Tsunami

2 hari lalu

Ilustrasi gempa bumi
Gempa M4,9 di Laut Banda Mengguncang Maluku, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam slab Lempeng Banda.


Info Terkini Gempa Laut Selatan M4,9 Guncang Pangandaran Sampai Bantul

3 hari lalu

Seismograf gempa bumi. ANTARA/Shutterstock/pri
Info Terkini Gempa Laut Selatan M4,9 Guncang Pangandaran Sampai Bantul

Guncangan kuat terasa di daerah Ciamis dan Pangandaran, Jawa Barat, dengan skala intensitas gempa III MMI.


Tips Menyusun Jurnal Scopus, Pemicu Banjir Dubai, dan Catatan Tsunami Gunung Ruang di Top 3 Tekno

6 hari lalu

Jalan yang terendam banjir setelah hujan lebat di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. Pusat Meteorologi Nasional mengatakan UEA mengalami curah hujan terberat dalam 24 jam terakhir sejak mulai mengumpulkan data pada tahun 1949, menambahkan bahwa curah hujan tertinggi tercatat di daerah 'Khatm Al Shakla' di Al Ain mencapai 254 mm. Gelombang badai petir yang hebat disertai hujan lebat mempengaruhi sebagian besar kota di UEA pada tanggal 16 April terutama di Dubai, Sharjah dan Al Ain di mana pertandingan leg pertama semifinal Liga Champions Asia antara Klub Al-Ain UEA dan Al-Hilal dari Arab Saudi telah ditunda. EPA-EFE/STRINGER
Tips Menyusun Jurnal Scopus, Pemicu Banjir Dubai, dan Catatan Tsunami Gunung Ruang di Top 3 Tekno

Langkah untuk menyusun jurnal terindeks Scopus, basis data paling bergengsi di dunia akademik, menjadi artikel utama Top 3 Tekno hari ini.


Erupsi Gunung Ruang dan Bencana Dahsyat 1871

6 hari lalu

Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulut meletus pada pukul 19.19 WITA. ANTARA/Foto diambil dari grup percakapan 'Info Gunung Api Sitaro'.
Erupsi Gunung Ruang dan Bencana Dahsyat 1871

Erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara tak hanya menghasilkan gumpalan abu vulkanik.


Letusan Gunung Ruang Rusak Fasilitas Pemantau Kegempaan, Alat Apa Saja yang Dipasang?

6 hari lalu

Erupsi Gunung Ruang di Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara, Rabu, 17 April 2024. Data PVMBG menyebutkan selama kurun waktu 24 jam terakhir sudah terjadi lima kali erupsi dengan ketinggian 1.800 meter hingga 3.000 meter dari puncak Gunung Ruang. Foto: X/@infomitigasi
Letusan Gunung Ruang Rusak Fasilitas Pemantau Kegempaan, Alat Apa Saja yang Dipasang?

Erupsi Gunung Ruang sempat merusak alat pemantau aktivitas vulkanik. Gunung tak teramati hingga adanya peralatan pengganti.


Sejarah Letusan Gunung Ruang, Pernah Catat Tsunami Setinggi 25 Meter

6 hari lalu

Erupsi Gunung Ruang di Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara, Rabu, 17 April 2024. Data PVMBG menyebutkan selama kurun waktu 24 jam terakhir sudah terjadi lima kali erupsi dengan ketinggian 1.800 meter hingga 3.000 meter dari puncak Gunung Ruang. Foto: X/@infomitigasi
Sejarah Letusan Gunung Ruang, Pernah Catat Tsunami Setinggi 25 Meter

Badan Geologi mencatat erupsi Gunung Ruang terjadi sedikitnya 16 kali sejak 1808.


Fakta Erupsi Gunung Ruang: Ancaman Tsunami sampai Belasan Penerbangan di Manado Dibatalkan

7 hari lalu

Erupsi eksplosif yang terjadi di Gunung Ruang yang berlokasi di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, Rabu malam 17 April 2024. Gunung api itu kini berstatus Awas. (ANTARA/HO-PVMBG)
Fakta Erupsi Gunung Ruang: Ancaman Tsunami sampai Belasan Penerbangan di Manado Dibatalkan

Erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara menyebabkan sejumlah penerbangan dari dan ke Manado dibatalkan, peringatan dini tsunami dan hujan kerikil.