TEMPO.CO, Bandung - Tim riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) yang menguji vaksin Sinovac batal melanjutkan penelitian terkait imunisasi ketiga atau suntikan penguat (booster).
Sebelumnya mereka diminta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk melakukan riset lanjutan suntikan ketiga khusus vaksin Sinovac. “Katanya sudah ada penelitiannya di Cina jadi enggak perlu lagi,” kata manajer tim riset Eddy Fadlyana, Senin 30 Agustus 2021.
Adapun laporan soal hasil riset terakhir atau yang ketiga dari hasil uji vaksin Sinovac di Bandung telah disampaikan tim beberapa waktu lalu ke pihak sponsor, yaitu PT Bio Farma, namun sejauh ini belum ada pengumumannya. Biasanya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengumumkan hasil riset uji vaksin itu dari Bio Farma.
Soal suntikan vaksin booster, pemerintah Indonesia memutuskan pemberiannya saat ini secara terbatas, yaitu untuk para tenaga kesehatan dan penunjangnya yang berjumlah sekitar 1,5 juta orang di Indonesia. Vaksin yang digunakan sebagai penguat itu adalah Moderna.
Menurut keterangan Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi di laman kantornya, vaksinasi booster tidak untuk khalayak karena keterbatasan pasokan vaksin. Sementara lebih dari 160 juta penduduk sasaran belum dapat suntikan vaksin.
“Kami memohon agar publik dapat menahan diri untuk tidak memaksakan kepada vaksinator untuk mendapatkan vaksin ketiga,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung itu.
Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau ITAGI telah mengkaji dan merekomendasikan suntikan ketiga kepada pemerintah. Lewat Surat Edaran HK.02.01/I/ 1919 /2021, Kementerian Kesehatan membolehkan vaksinasi dosis ketiga bagi nakes dapat menggunakan vaksin dengan platform yang sama (Sinovac) atau platform yang berbeda (Moderna), dengan interval minimal pemberian vaksinasi dosis ketiga adalah tiga bulan setelah dosis kedua diberikan.
Menurut Eddy, WHO telah meminta tim riset Unpad untuk meneliti soal suntikan booster itu dari vaksin merek apa pun di Bandung. Rencana itu sejauh ini masih dalam tahap penjajakan. Waktunya belum jelas, sementara perkiraan jumlah relawan uji klinis yang diperlukan sekitar 600-an orang. Jika jadi dilakukan, tim akan membuat pengumuman perekrutan relawan baru. “Relawannya siapa saja bukan hanya relawan riset sebelumnya,” kata dia.
Selain itu, pada uji klinis suntikan booster dengan vaksin merek apa pun itu, akan diberlakukan dua jenis pemberian dosis. Menurut Eddy, akan ada relawan yang mendapat dosis penuh 0,5 cc dan kelompok lain hanya separuhnya atau 0,25 cc. “Kalau hasilnya bagus, vaksinnya nanti bisa mencakup lebih banyak orang,” ujarnya.
Baca:
Akhir PPKM, Covid-19 Yogya Pecah Rekor Terendah di Bawah 400 Kasus